SAP
(Satuan Acara Penyuluhan)
Ca Cerviks
Oleh:
Anggih Kumala Dewi
Hanifan Fauzi
Rendy Pratama
PROGRAM
PROFESI NERS
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
KEPANJEN -
MALANG
2014
LEMBAR
PENGESAHAN
SATUAN
ACARA PENYULUHAN
“Ca
Cerviks”
UPTD
PUSKESMAS SUMBERPUCUNG KABUPATEN MALANG
DISAHKAN
PADA
......................................................
C.I.
AKADEMIK C.I.
KLINIK
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Ca Cerviks
Sub Pokok Bahasan : Pentalaksanaan Pada Ca Cerviks
Sasaran :
Waktu :
20-30 menit
Tempat :
Hari/Tanggal :
I.
Tujuan instruksional
umum
Setelah
dilakukan penyuluhan, masyarakat diharapkan mampu mengenal penyakit Ca Cerviks dan
dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit Ca
Cerviks.
II.
Tujuan instruksional
khusus
Setelah
dilakukan penyuluhan, keluarga pasien diharapkan mampu :
-
Menyebutkan pengertian Ca
Cerviks
-
Menyebutkan penyebab Ca Cerviks
-
Menyebutkan tanda dan gejala Ca
Cerviks
-
Menyebutkan klasifikasi tentang
Ca Cerviks.
-
Menyebutkan pemeriksaan yang
dapat dilakukan pada Ca Cerviks
-
Menyebutkan cara penanganan
pada Ca Cerviks.
-
Menyebutkan cara pencegahan
terjadinya Ca Cerviks
III.
Sasaran
Seluruh masyarakat
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sumberpucung
IV. Materi
Penyakit Ca Cerviks
V. Metode
1.
Ceramah
2.
Diskusi / tanya jawab
VI. Media
Leaflet: Ca Cerviks
VII.
Kriteria evaluasi
1.
Evaluasi struktur
Semua masyarakat
hadir / ikut dalam kegiatan penyuluhan
Penyelenggaraan
penyuluhan dilakukan di lingkup wilayah kerja Puskesmas Sumberpucung
2.
Evaluasi proses
Masyarakat
antusias terhadap materi penyuluhan
Masyarakat tidak
meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
Masyarakat terlibat
aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3.
Evaluasi hasil
Masyarakat mengerti
tentang penyakit Ca Cerviks, dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, klasifikasi Ca Cerviks. pemeriksaan yang dapat dilakukan pada Ca Cervik.
Menyebutkan upaya untuk mencegah terjadinya Ca Cerviks. Menyebutkan cara
penanganan pada Ca Cerviks
VIII.
KEGIATAN PENYULUHAN
|
WAKTU
|
KEGIATAN
PENYULUH
|
KEGIATAN
PESERTA
|
1.
|
5 menit
|
Pembukaan :
·
Membuka
kegiatan dengan mengucapkan salam.
·
Memperkenalkan
diri
·
Menjelaskan
tujuan dari penyuluhan
·
Menyebutkan
materi yang akan diberikan
|
·
Menjawab
salam
·
Mendengarkan
·
Memperhatikan
·
Memperhatikan
|
2.
|
15 menit
|
Pelaksanaan :
·
Menjelaskan
tentang pengertian penyakit Ca Cerviks
·
Menjelaskan
tentang hal-hal baik penyebab, tanda-tanda dan gejala penyakit Ca Cerviks
·
Memberi
kesempatan kepada peserta untuk bertanya
·
Menjelaskan
hal-hal yang berhubungan dengan pencegahan terjadinya Ca Cerviks
·
Memberi
kesempatan kepada peserta untuk bertanya
|
·
Memperhatikan
·
Memperhatikan
·
Bertanya
dan menjawab pertanyaan yang diajukan
·
Memperhatikan
·
Bertanya
dan menjawab pertanyaan yang diajukan
|
3.
|
10 menit
|
Evaluasi :
·
Menanyakan
kepada peserta tentang materi yang telah diberikan
|
·
Menjawab
pertanyaan
|
4.
|
2 menit
|
Terminasi :
·
Mengucapkan
terimakasih atas peran serta peserta.
·
Mengucapkan
salam penutup
|
·
Mendengarkan
·
Menjawab
salam
|
IX.
Pengorganisasian
Ø
Pembawa Acara :
Ø
Pembicara :
Ø
Fasilitator :
Ø
Observer :
Ca cervikS
1. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit
akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal
disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uteri, dan
merupakan karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita oleh wanita.Kanker
serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh lapisan
epitel serviks uteri (Price dan Wilson, 1995).
2. Klasifikasi
Stadium
I :Karsinoma terbatas pada serviks
I. a.
Karsinoma mikro invasive (invasi stoma awal).
I. b. Stadium
I lainnya, karsinoma invasive yang terbatas pada serviks.
Stadium II : Karsinoma
meluas keluar serviks, tetapi tidak mencapai dinding panggul
II. a. Para
metrium masih bebas.
II. b. Para
metrium sudah terkena.
Stadium III : Karsinoma sudah mencapai dinding panggul pada pemeriksaan
rectal tidak ada celah antara tumor
mencapai 1/3 distal vagina, dengan komplikasi hidronefrosis dan afungsi ginjal.
III. a. Belum mencapai dinding panggul.
III. b. Sudah mencapai dinding panggul dan
atau ada hidronefrosis atau afungsi
ginjal.
Stadium IV : Karsinoma sudah meluas keluar pelvik
kecil (true pelvic atau secara klinik sudah mengenai mukosa veksika urinaria
dan rectum).
IV. a. Menyebar ke organ
sekitarnya.
IV. b. Menyebar ke organ yang
jauh.
3. Penyebab Ca Cerviks :
1)
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian
menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar
mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih
terlalu muda
2)
Jumlah kehamilan dan partus
Kanker
serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3)
Jumlah perkawinan
Wanita yang
sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor
resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4)
Infeksi virus
Infeksi
virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata
diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5)
Sosial Ekonomi
Karsinoma
serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor
sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada
golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang
hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6)
Hygiene dan sirkumsisi
Diduga
adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya
belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7)
Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan
merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh
terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian
menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai
pencetus terbentuknya kanker serviks.
4.
Tanda Dan Gejala Ca cerviks
Pada tahap awal
terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul
gejala berupa ketidakteraturan siklus haid (irregularitas), amenorrhe,
hiperamenorrhe, juga adanya pengeluaran sekret vagina yang sering atau
perdarahan intermenstrual dan pada post koitus dan latihan berat. Perdarahan
yang khas terjadi pada penyakit yaitu darah yang keluar berbentuk makoid.
Nyeri dirasakan
dapat menjalar ke ekstremitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap
lanjut gejala yang mungkin dan bisa timbul lebih bervariasi. Sekret dari vagina
berwarna kuning, berbau, dan terjadinya instansi vagina serta mukosa vulva.
Perdarahan pervagina akan semakin sering terjadi pada nyeri semakin progresif.
Pada tahap yang
lebih lanjut dapat terjadi komplikasi vistulvesika vagina. Sehingga urine dan
faeces dapat keluar melalui vagina. Gejala lain yang dapat terjadi adalah
nausea, muntah, demam, dan anemia
5.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP )
sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya
melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel -
sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker
hanya dapat didiagnosis secara histologik.
b.
Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu
alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah dengan
sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau pemeriksaan sitologi
menilai perubahan morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi, maka
kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vascular serviks yang mencerminkan
perubahan biokimia dan perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
c.
Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat )
terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau
hanya terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat
dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan
dengan tepat dan alat biopsy harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan
formalin 10%.
d.
Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks
sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ), dengan
kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan
konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan
ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu hal pemeriksaan
kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini
digunakan pewarnaan dengan larutan lugol ( yodium 5g, kalium yodida 10g, air
100ml ) dan eksisi dilakukan diluar daerah dengan tes positif ( daerah yang
tidak berwarna oleh larutan lugol ). Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan
- keadaan sebagai berikut :
1. Proses
dicurigai berada di endoserviks.
2. Lesi tidak
tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
3. Diagnostik
mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4. Ada
kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.
(
Prof. R Sulaiman , 2006 )
e.
Pap
Smear
Pap smear (tes Papanicolau) adalah suatu pemeriksaan
mikroskopik terhadap sel-sel yang
diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan Pap smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula
yang terbuat dari kayu atau plastic (yang
dioleskan bagian luar serviks) dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan
ke dalam saluran servikal). Sel-sel
serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk
diperiksa. 24 jam sebelum menjalani Pap
smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian atau pembilasan vagina, tidak
melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan tampon. Pap
smear sangat efektif dalam mendeteksi perubahan prekanker pada serviks.
Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium
dari kanker serviks:
·
Normal
· Displasia ringan (perubahan dini yang belum
bersifat ganas)
· Displasia berat (perubahan lanjut yang belum
bersifat ganas)
· Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada
lapisan serviks paling luar)
·
Kanker
invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam
atau ke
organ tubuh lainnya).
Anjuran
untuk melakukan Pap smear secara teratur:
·
Setiap
tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun
·
Setiap
tahun untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita
infeksi HPV atau kutil kelamin,
·
Setiap
tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
·
Setiap 2-3
tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun jika 3 kali Pap smear
berturut-turut menunjukkan hasil negatif atau untuk wanita yang telah menjalani
histerektomi bukan karena kanker.
·
Sesering
mungkin jika hasil Pap smear menunjukkan abnormal
·
Sesering
mungkin setelah penilaian dan pengobatan prekanker maupun kanker serviks.
6. Penanganan Pada Ca Cerviks
1) Radiasi
a. Dapat
dipakai untuk semua stadium
b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua
dan pada medical risk
c. Tidak menyebabkan kematian seperti
operasi.
2) Operasi
a. Operasi limfadektomi untuk stadium I
dan II
b. Operasi histerektomi vagina yang
radikal
3) Kombinasi
(radiasi dan pembedahan)
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab
radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga
tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan
fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran
darah.
Cytostatika :
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5
% dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten
bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama
7. Penanganan Pada Ca Cerviks
1) Perubahan
pola diet atau suplemen dengan makan banyak sayur dan buah mengandung
bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat mencegah kanker misalnya alpukat,
brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat.
2) Vaksin
HPV untuk mencegah kanker serviks. Vaksin ini dibuat dengan teknologi
rekombinan, sehingga mempunyai ketahanan yang kuat. Vaksinasi ini merupakan
pencegahan yang paling utama. Vaksinasi ini diberikan untuk wanita yang belum
terinfeksi atau tidak terinfeksi HPV risiko tinggi (16 dan 18).
3) Olahraga
teratur
4) Pendidikan
seksual yang baik dan benar (penjelasan tentang alat kontrasepsi dan perilaku
seksual yang sehat)
5) Pemeriksaan kesehatan
reproduksi ke rumah sakit melalui tes pap smear
DAFTAR PUSTAKA
Bobak,
Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, Jakarta. EGC,
2004.
Hanifa W Prof. DR. R.., Ilmu Kndungan, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 199
Pritehard, Macdonal dan Gant, Obstetri Wiliams, Edisi 17,
Airlangga Universiti Press, Surabaya, 1991.
No comments:
Post a Comment