LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
(BBLR)
Di R. E RSUD Kanjuruhan
Kepanjen - Malang
Oleh :
HANIFAN FAUZI
2014.03.036
PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN
KEPANJEN - MALANG
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dengan judul “BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)” di ruang E RSUD Kanjuruhan Kepanjen
- Malang, telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing :
Mengetahui,
|
|||
|
|||
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
A. DEFINISI
BBLR adalah bayi yang mempuyai berat
badan lahir kurang dari 2500 gram. BBLR ada 3 macam yaitu:
1.
Bayi dengan usia kehamilan
aterm (37-42 minggu) maupun posterm (kurang 42 minggu) dengan BB <2,5 kg, kecil
untuk masa kehamilan.
2.
Bayidengan preterm (28-37
minggu) BB <2,5kg, BB bayi sesuai dengan umur kehamilan. Disebut juga
premature murni.
3.
Bayi Preterm usia (28-37
minggu) BB< dari umur kehamilan.
Menurut WHO (1961) BBLR
adalah semua bayi baru lahir yang BBnya kurang atau sama dengan 2500.
Kongres European Perinatal Medicine II di London
diusulkan definisi sebagai berikut:
1. Pre Term Infant :masa gestasi<259hari (37minggu)
2. Term Infant :masa gestasi259-293 hari
(37-41minggu)
3. Post Term Infant :masa gestasi 294 hari atau lebih (42
minggu atau lebih)
Dengan pengertian seperti yang telah
diterangkan diatas, maka bayi BBLR dibagi menjadi dua golongan ,yaitu:
1.
Prematuritas Murni : Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan
BBnya sesuai dengan BB masa gestasi ini.
2.
Dismamatur : Kalau BB bayi tersebut kurang dari BB seharusnya untuk masa-masa gestasi.
(Depkes RI,1989:20)
B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan BBLR
adalah
1. Faktor ibu
a.
Gizi saat hamil yang kurang dan
antenatalcare yang kurang
b.
Umur yang kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun
c.
Jarak kehamilan dan bersalin
yamg telalu dekat
d.
Ibu pendek dengan tinggi badan
kurang dari 150cm
e.
Penyakit menahun ibu, hipertensi,
DM, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok, gangguan narkotik.
f.
Pekerjaan yang terlalu berat.
2.
Faktor kehamilan.
a.
Penyakit yang berhubungan
dengan kehamilan misalnya toxemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma
fisik dan psikologis
b.
Hamil ganda
c.
Hamil dengan hidromion
3. Faktor janin
a.
Cacat bawaan
b.
Infeksi dalam rahim
c.
Gangguan metabolisme dalam
rahim
d.
Kelainan kromosom
e.
Syphilis termasuk infeksi
kronis
4. Faktor-faktor yang lain
a.
Radiasi
b.
Bahan-bahan keratogen atau
karsinogen
c.
Tempat tinggal didataran tinggi
(Sacharin, 1994 :172)
C. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan
semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko gizinya. Beberapa faktor
yang memberikan efek pada masalah gizi;
- Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
- Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan BBLC.
- Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu. Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya
kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyia lebih sedikit
simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak
dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu
enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu
pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai
sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang
belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang
meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral.
Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan
sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan
meningkatkan kebutuhan akan kalori.
D. KLASIFIKASI
- Bayi berat badan lahir rendah (BBLR): bayi yang lahir dengan BB kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi.
- Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir ekstrem rendah: bayi yang lahir dengan BB kurang dari 1000 gram.
Berat badan lahir sangat
rendah: bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram.
1.
Berat
badan lahir rendah sedang: bayi yang lahir dengan BB antara 1501 – 2500 gram
- Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi: bayi yang lahir dengan BB berada di bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
- Retardasi pertumbuhan intrauterine (Intrauterine Growth Retardation/IUGR): ditemukan pada bayi yang pertumbuhan intrauterinenya mengalami retardasi (terkadang digunakan sebagai istilah yang lebih deskriptif untuk bayi kecil untuk masa gestasi).
- Bayi besar untuk usia gestasi: bayi yang BB-nya berada di atas presentil ke-90 pada kurva perumbuhan intrauterine.
E. TANDA DAN GEJALA
Menurut Sacharin (1994 : 172), tanda
dan gejalanya sebagai berikut :
a.
Sistem Pernafasan
a.
Apnea
b.
Ritme dan dalamnya pernafasan
cenderung tidak teratur
c.
Timbul sianosis
d.
Kecepatan pernafasan dapat
60-80.
2.
Sistem Sirkulasi
a.
Kerja jantung lemah lembut dan
lambat
b.
Sirkulasi perifer seringkali
buruk dan dinding pembuluh darah juga lemah
c.
Tekanan darah lebih rendah (sistolik
45-60 mmHg, diastolic 30-45 mmHg)
d.
Nadi bervariasi antara 100 dan 160/menit
e.
Cenderung ditemukan aritmia
3.
Pengendalian suhu.,
a.
Cenderung memiliki suhu tubuh
yang subnormal yang disebabkan karena produksi panas yang buruk dan peningkatan
kehilangan panas, pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna, kurangnya
lemak dalam jaringan akibatnya mempercepat perubahan suhu tubuh, kurangnya
pergerakan sehingga produksi panas juga berkurang, permukaan tubuh lebih luas
sehingga pengeluaran panas melalui tubuh lebih besar.
b.
Kegagalan untuk mempertahankan
suhu adekuat disebabkan karena tidak adanya jaringan adipose coklat (yang
mempuyai aktivitas metabolic yang tinggi). Pernafasn yang lemah dengan
pembakaran oksigen yang buruk. Aktivitas otot yang buruk dan pemasukan makanan
yang rendah.
4.
Sistem Pencernaan
a.
Reflek menghisap dan menelan
lemah
b.
Sering terjadi regurgitasi
karena mekanisme penutupan spinter jantung yang kurang berkembang dan spinter
pylorus yang relatif kuat.
5.
Sistem Urinarius
a.
GFR(Glomerolus Filtrasi Rate) menurun
b.
Urin sedikit
c.
Sering terjadi gangguan
keseimbangan keseimbangan air dan elektrolit
6.
Sistem Persarafan
a.
Tangisan lemah
b.
Pusat pengendalian fungsi vital
kurang berkembang
c.
Lebih sulit untuk dibangunkan
7.
Sistem Genetalia
a.
Genital kecil
b.
Pada laki-laki, testis terdapat
dalam abdomen, kanalis ingualis atau skrotum.
c.
Pada wanita labia minor tidak
ditutupi oleh labia mayor hingga aterm.
8.
Gambaran umum
a.
BB kurang dari 2500gr
b.
TB kurang dari 45cm
c.
Lingkar dada kurang dari 30cm
d.
Lingkar kepala kurang dari 33cm
e.
Kulit biasanya tipis,merah,dan
berkerut.
f.
Ditemukan sedikit lemak subkutan.
g.
Kuku lembut dan lanugo mencolok
tetapi terdapatsedikit atau tidak ditemukan verniks caseosa.
h.
Rambut pendek dan jarang.
i.
Alis mata sering kalli tidak
ada.
F. MASALAH YANG MUNGKIN
MUNCUL
Masalah yang sering dihadapi
bayi BBLR adalah imaturitas organ-organ tubuh karena lahir kurang bulan. Beberapa gangguan akibat belum
matangnya organ-organ tersebut:
- Sistem pengaturan tubuh yang belum matur, menyebabkan BBLR membutuhkan perawatan khusus dalam inkubator.
- Sistem imunologi yang belum berkembang dengan baik menyebabkan bayi sangat rentan terhadap infeksi.
- Imaturitas sistem syataf pusat menyebabkan mudahnya terjadinya perdarahan peribentruker.
- Imaturitas paru memudahkan terjadinya penyakit membran hialin.
- Imaturitas metabolisme bilirubin mempermudah terjadinya hiperbiliribinemia.
- Imaturitas saluran pencernaan mempermudah terjadinya sindrom malabsorbsi.
G. KOMPLIKASI
1.
Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan
bernafas).
2.
Hipoglikemi simtomatik.
3.
Asfiksis neonatorum
4.
Penyakit membran hialin.
5.
Hiperbilirubinemia.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
·
Pemeriksaan glucose darah
terhadap hipoglikemia
·
Pemantauan gas darah sesuai
kebutuhan
·
Titer Torch sesuai indikasi
·
Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
·
Pemantauan elektrolit
·
Pemeriksaan sinar X sesuai
kebutuhan ( missal : foto thorax )
I. PENATALAKSANAAN
a.
Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature
bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator
b.
Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai
kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara
memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370
C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam
suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha
metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur
terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan
harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan
sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c.
Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah,
dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“
atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator
terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi
dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi
dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat,
bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih
mudah.
d.
Pemberin oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan
masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan
surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang
panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan
e.
Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah,
mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau
tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat
harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
f.
Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan
untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI
merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama
pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah
secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
Petunjuk untuk volume susu yang
diperlukan
Umur/hari
|
Jmlh ml/kg
BB
|
1
|
50- 65
|
2
|
100
|
3
|
125
|
4
|
150
|
5
|
160
|
6
|
175
|
7
|
200
|
14
|
225
|
21
|
175
|
28
|
150
|
J. PROGNOSIS
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501- 2500
gram adalah 95 %, tetapi berat bayi
kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang tinggi. Kematian
diduga karena displasia bronkhopulmonal, enterokolitis nekrotikans, atau
infeksi sekunder.
BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun
pertama akan mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan
berat sesuai masa gestasi.
Pada BBLR , makin imatur dan makin rendah berat lahir
bayi, makin besar kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan
neurologik.
K. MEMULANGKAN BAYI
Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri,
baik dengan botol maupum putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan
berkisar antara 10 – 30 gram / hari dan suhu tubuh tetap normal diruang biasa.
Biasanya bayi dipulangkan dengan berat badan lebih dari 2000 gram dan semua
masalah berat sudah teratasi.
L. ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Biodata
1)
Identitas bayi
2)
Identitas orang tua,
b.
Pemeriksaan Biologis Ibu
1)
Riwayat kehamilan, umur kehamilan
dan lain-lain
2)
Riwayat persalinan dan proses
pertolongan persalinan
3)
Keadaan fisik ibu saat
pengkajian
4)
Riwayat penyakit ibu
c.
Pemeriksaan Fisik Bayi
1)
Keadaan bayi saat dilahirkan: warna
kulit, rambut tebal, lemak subkutan, gerakan, hasil Apgarscore, kemampuan
bernafas, temperatur dan lain-lain.
2)
Keadan bayi saat pengkajian: fisik,
kesadaran, tingkatan sakit, kemampuan bernafas, temperatur dan lain-lain.
3)
Pengkajian proses pertolongan
dan penanganan selanjutnya.
d.
Pemeriksaan Penunjang
1)
Penurunan Hb/Hct
2)
Serum glukosa menurun
3)
Elektrolit (Na, K, Cl)
4)
BGA, asidosis
5)
Trombositopenia
6)
Serum kalsium menurun.
(Depkes RI, 1989 : 20).
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan pertahanan tubuh yang belum sempurna.
b.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan
dengan kurangnya suplay oksigen menurun.
c.
Kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan imaturitas paru.
d.
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan absorpsi.
e.
Resiko tinggi terhadap cidera
berhubungan dengan hipoksia jaringan.
(Doenges, 2000 :
672).
3. Intervensi
a.
Resiko tinggi
terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang belum sempurna.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi
pada bayi.
1)
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2)
Pastikan bahwa peralatan yang
digunakan dalam keadaan bersih dan steril.
3)
Hindarkan bayi kontak dengan
orang yang menderita ISPA.
4)
Tempatkan bayi yang terinfeksi
di ruangan sendiri.
5)
Kolaborasi untuk pemberian
antibiotik yang sesuai advis dokter
b.
Perubahan perfusi
jaringan berhubungan dengan suplai oksigen menurun.
1)
Kaji ulang terhadap pola
pertumbuhan prenatal dan atau penurunan jumlah cairan amnion seperti yang
dideteksi oleh ultrasonografi.
2)
Perhatikan jenis kelahiran dan
kejadian intra partum yang menandakan hipoksia.
3)
Perhatikan waktu dan skor
Apgar, observasi pola pernafasan.
4)
Kaji frekuensi pernafasan,
kedalaman, upaya, observasi dan laporkan tanda dan gejala distress pernafasan,
bedakan dari gejala yang berhubungan dengan polisitemia.
5)
Auskultasi bunyi nafas secara
teratur.
6)
Hisap selang nasofaring sesuai
kebutuhan, setelah pemberian suplemen oksigen pertama.
7)
Auskultasi nadi apikal,
perhatikan adanya sianosis.
8)
Cegah komplikasi latrogenik
berkenaan dengan distress dingin, ketidakseimbangan metabolik dan
ketidakcukupan kalori.
Kolaborasi
9)
Pantau pembacaan oksimeter
nadi.
10)
Pantau pemeriksaan lab sesuai
indikasi, PH serum, GDA, dan HT.
11)
Berikan O2 hangat dan lembab,
berikan vertilasi bantuan sesuai indikasi.
12)
Lakukan suction.
13)
Hindari pelaksanaan suction
yang terlalu sering.
14)
Observasi dan kaji respon bayi
terhadap terapi oksigen.
c.
Resiko kerusakan
pertukaran gas berhubugan dengan imaturitas paru
1)
Perhatikan adanya ponsitemia.
2)
Kaji warna kulit terhadap
kemerahan atau pucat. Perhatikan hipotermi distress pernafasan, hipertensi atau
hipotensi, takikardi, penurunan nadi, oliguri, perubahan temuan neurologis.
3)
Pantau suhu, masukan dan
keluaran, BJ urin, perhatikan turgor kulit, kondisi membran mukosa, fontanel.
Kolaborasi
4)
Pantau bilirubin, kirimkan
darah untuk penggolongan, pencocokan silang Rh.
5)
Buat akses intravaskuler.
6)
Siapkan transfusi tukar bila
perlu.
d.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan absorpsi.
1)
Pertahankan pemberian cairan
perenteral sesuai kebutuhan.
2)
Monitor adanya tanda-tanda
intoleransi dari terapi parenteral.
3)
Kaji kesiapan makan melalui
puting susu, terutama kemampuan koordinasi menelan dan bernafas.
4)
Beri makan bayi melalui ASI,
jika refleks menghisap dan menelan kuat.
5)
Ikuti petunjuk untuk penambahan
volume dan konsentrasi makanan.
6)
Gunakan makanan melalui
orofering jika bayi lelah dalam menghisap.
e.
Resiko tiunggi terhadap
cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan.
1)
Kaji semua bayi LGA untuk
cedera kelahiran. Perhatikan penonjolan atau ketegangan fontakel, spastisitas
otot, kedutan, atau flaksiditas, menangis dengan nada tinggi, lemah, kostan, tremor
atau aktivitas kejang, perubahan ukuran atau reaksi pupil atau gerakan dada
asimetris
2)
Pantau tanda perdarahan pada
lokasi invasive, dalam urin atau feses, drainase nasogastrikdan sekresi
pulmunal. Perhatikan petekie atau memar, perubahan pada responsivitas atau
tingkat aktivitas tonus otot, nistagmus, postur opistonik, atau kejang.
3)
Ukur lingkar frontal oksipital
sesuai indikasi.
4)
Pantau tanda-tanda vital. Perhatikan
pengisian kapiler perifer dan warna serta suhu kulit.
5)
Pantau tanda dan gejala
infeksi.
KOLABORASI
6)
Pantau pemeriksaan laboratorium
7)
JDL dengan diferensial.
8)
Pemeriksaan koagulasi :
PPT/APTT, PT, kadar fibrinogen, FSP, trombosit
9)
Golongan darah, pencocokan
silang, dan factor Rh
10)
Kultur bakteri dan viral dan
sensitivitas
11)
Berikan sumpemen oksigen, tekanan
positih kostan jalan nafas, dan ventilasi mekanisme sesuai indikasi.
12)
Berikan antibiotik sesuai
indikasi. Pantau kadar obat secara rutin. Ulangi kultur dan sensitivitas sesuai
indikasi.
13)
Berikan anti konvulsan (mis, fenobarbital)
sesuai dengan indikasi
14)
Bantu dengan pemeriksaan
diasnostik sesuai dengan indikasi
15)
Perhatikan adanya kondisi yang
mungkin mempunyai gejala sisa lama, seperti cedera kelahiran yang mengakibatkan
kejang atau perubahan respon reflek.
(Doenges, 2000 : 672).
REFERENSI :
1.
Doenges, M. E. 2000. Rencana
Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC.
2.
Klaus dan Fanaroff. 1998. Penatalaksanaan
Neonatus Resiko tInggi Edisi 4. Jakarta : EGC.
3.
Sacharin, Rosa M. 1994. Prinsip
Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
4.
______. 1989. Perawatan Bayi
Dan Anak Edisi 1. Jakarta : Depkes RI.
No comments:
Post a Comment