LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS
CONVULSI
Di R. E RSUD Kanjuruhan
Kepanjen – Malang
Oleh :
HANIFAN FAUZI
2014.03.036
PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN
KEPANJEN - MALANG
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dengan judul “FEBRIS CONVULSI ”
di UPTD Puskesmas Sumberpucung Malang, telah diperiksa dan disetujui oleh
pembimbing :
Mengetahui,
|
|||
|
|||
LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS CONVULSI
A. Definisi
Kejang merupakan perubahan fungsi
otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang
abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz &
Sowden,2002)
Kejang demam ialah bangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal diatas 380 C)
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Jadi kejang demam adalah kenaikan
suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial
listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.
B. Etiologi
1. Gangguan vaskuler
a.
Perdarahan akibat ptechi akibat
dari anoreksia dan asfiksia yang dapat terjadi di intra cerebral atau intra
ventrikuler.
b.
Perdarahan akibat trauma
langsung yaitu berupa perdarahan di subcranial atau subdural.
c.
Trombosis.
d.
Penyakit perdarahan seperti
defisiensi vitamin K.
e.
Sindroma hiperviskositas.
2. Gangguan metabolisme
a.
Hipokalsemia.
b.
Hipomagnesia.
c.
Hipoglikemia.
d.
Amino Asiduria.
e.
Hipo dan Hipernatremia.
f.
Hiperbilirubin.
g.
Defisiensi dan ketergantungan
akan piridoksin.
3. Infeksi.
a.
Meningitis.
b.
Enchepalitis.
c.
Toksoplasma congenital.
d.
Penyakit cytomegali inclusion.
4. Toksik
a.
Obat convulsion.
b.
Tetanus.
c.
Enchephalopati Timbal.
d.
Sigelosis Salmenali.
5. Kelainan Kongenital.
a.
Parasenfali.
b.
Hidrasefali.
6. Lain-lain
a.
Narkotik Withdraw.
b.
Neoplasma.
Factor-faktor yang dapat menyebabkan kejang demam antara
lain:
- Demam itu sendiri atau tinggi suhu badan anak.
- Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus).
- Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
- Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Enchepalitis vital (radang otak akibat virus) ringan yang tidak diketahui atau enchepalopati toksik sepintas.
- Gabunganh semua faktoer tersebut diatas.
C. Tanda
Dan Gejala
- suhu tubuh lebih dari 39°C per rectal
- hilang kesedaran
- kekakuan otot yng tidak terkendali
- terjadi gerakan berulang- ulang secara periodik selama ± 15 menit.
- wajah kebiruan
- mata mendelik keatas
D. Klasifikasi
Secara umum dibagi 2 yautu:
- konvulsi akut (Non Rekuren)
merupakan konvulsi yang sering terjadi pada neonatus.
Seluruh tipe serangan konvulsi akut pada anak dapat merupakan manifestasi
sementara penyakit akut yang melibatkan otak. Umumnya kejang demam terjadi
setalah 6 bulan pertama kehidupan, namun dalam 2-3 tahun pertama insidennya
terus-menerus mencapai usia 6-8 tahun dan sesudah itu kejang menjadi jarang.
- Konvul Kroniuk (Rekuren)
Dapat disebit juga epilepsy, terdapat 10 macam epilepsy:
·
Epilepsi Idiopatik
Gambaran electroenchepalografik terutama saat tidur,
memperlihatkan abnormalitas umum pada 90% anak dengan kejang idiopatik.
·
Epilepsi Organik
Dapat terjadi setelah kerusakan otak diapat pada masa
prenatal, natal dan postnatal, anak sering memperlihatkan cacat motorik dan
retardasi mental.
·
Epilepsy Tonik-Klonik
Kejang umum, datang spasme otot dengan fase
tonik-klonik. Epilepsy ini dapat terjadi pada malam hari tanpa disadari klien,
lidah atau gigi tergigit, nyeri kepala, darah dibantal atau tempat tidur basah
oleh kemih, dapat terjadi 1-2 hari.
·
Epilepsi (Absence) Peti Mal
Kehilangan kesadaran sementara, berputarnya bola mata
keatas, gerakan alis mata, kepala
mengangguk, anggukan kepala sedikit gemetar pada otot badan dan anggota tubuh.
·
Epilepsy Psikomotorik
Berupa gerakan motorik tetapi rudak berulang dan sering
kompleks, sering didapatkan kepucatan di sekitar mulut, pekikan nyaring atau
usaha minta pertolongang orang lain.
·
Kejang Portial Vokal.
Kejang ini dimulai pada suatu kelompok yang menyebar ke
tempat lain, misalnya dari ibu jari ke tempat lain, pergelangna tangan, lengan,
wajah, dan kemudian kaku yang sama.
·
Kejang Mioklonik Infantil
Kejang sebelum usia 2 tahun, dibagi menjadi 2, yaitu:
v Jika tingkat perkembangnan tidak pernah normal terjadi pada usia 4
bulan, terdapat cacat cerebellum congenital atau sebab organic lainnya.
v Jika anak tumbuh normal
sampai usia 6 bulan atau lebih, memiliki kemampuan motorik yang baik
namun dengan kemampuan bahasa dan penyesuain yang bururk dibandingkan usia
kronologinya.
·
Kejang Mioklonik dan Akinetik
Biasanya melibatkan satu kelompok otot dan dikaitlan
dengan hilangnya tonis postural tubuh
secara mendadak.
·
Kejang Noidural
Mimpi bururk dan tidur berjalan (somnebolisme) paling
sering terjadi pada saat tidur nyenyak yaitu (1-2 jam) setelah ridur.
·
Kejang Induksi
Dengan terapi obat saja biasanya tidak memuaskan,
setelah anak belajar menarik perhiasan perhatian dengan cara
ini, maka sulit untuk mrngubah kembali.
E. Manifestasi
Klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak
kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan
oleh infeksi diluar SSP: misalnya tonsillitis, otitis media akut, bronchitis,
furunkulosisi,. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
demam, berlangsung singkat dengan singkat bangkitnya bersifat tonik-klonik,
tonik, klonik, vocal, atau kinetic. Umumnya kejang berhenti sendirir.
Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun
untuk sejenak tetapi setelah beberapa
detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.
Menururt FKUI-RSCM Jakarta pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam
sederhana yaitu:
- Umur anak ketika kejang demam antara 6 bulan – 4 tahun.
- Kejang berlansung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
- Kejang bersifat umum.
- Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
- Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak mungkin menimbulkan kelainan.
- frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
- pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
F. Patofisiologi
Hipikalsemia,
hipomagnesia
Trombosis,
antikonvulsan, Infeksi ekstrakranial : suhu tubuh
Terlepsanya
muatan
Listrik
pada neuron otak
Timbul
rangsangan listrik
Potensial
lostri ditentukan oleh membrane sel
Ion Na & K
Fase istirahan ion K
Ion Na melakukan transport aktif
|
Hipertermi
Action potensial
metabolism meningkat
Permeabilitas sel
meningkat
Aktivitas
otot meningkat
Na masuk dalam el
Muatan
sel dalam sel (+)
|
|||
Depolarisasi dan lebih peka
terhadap rangsang
|
Adanya suatu
rangsang
|
Kehilangan control
tubuh kejang
Gangguan saraf ototnom
Spasme otot telan spasme otot pernafasan
|
O2 menurun, CO2 naik
|
|||
Kerusakan sel
otak Hipoksia otak cyanosis
G. Prognosis
Resiko yang akan
dihadapi seorang anak sesudah menderita kejang demam terganting factor:
- Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
- kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam.
- kejang yang berlangsung lama atau kejang vocal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas maka
- dikemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13% dibandingkan bila terdapat satu atu tidak sama sekali factor tersebut di atas, serangan kejang tanpa demam hanya 2 – 3 % saja.
- hemiparesis biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit) baik bersifat umum atau fokal. Kelumpuhan dapat terjadi pada kejang fokal yang bersufat flaksit tetapi setelah 2 minggu timbul spasitas.
H. Penatalaksanaan
- Memberantas kejang secepat mungkin
Bila penderita kejang dalam keadaan konfusitus, obat
pilihan utama adalah diazepam yang dibertikan secara IV, keberhasilannya dapat
menekan kejang sekitar 80 – 90 % dengan efek terapiutik yang sangat cepat.
Dosis obat tergantung dari berat badan yaitu:
·
BB kurang dari 10 kg : 0,5 –
0,75 mg/kg BB dengan minimal dalam sempirit 2,5 mg
·
BB 10 – 20 kg : 0,5 mg/kg BB
dengan minimal dalam sempirit 7,5 mg.
·
BB diatas 20 kg: 0,5 mg/kg BB
Biasanya dosis rata-rata yang terpakai 0.3 mg/kgBB tiap
kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun dan 10 mg pada
anak yang lebih besar.
2.
Pengobatan Penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan
perlunya pengobatan penunjang
a.
Semua pakaian ketat dibuka
b.
Posisi kepala miring untuk
mencegah aspirasi pada lambung.
c.
Ushakan jalan nafas bebas untuk
menjamin kebutuhan oksigen bila perlu lakukan intibasi atau trakeostomi.
d.
Penghisapan lender harus
dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, RR dan fungsi
jantung harus diawasu secara ketat. Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan
monitoring untuk menilai adnya kelainan metabolic dan elektrolit. Jika suhu
meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hibermasi dengan kompres alcohol dan
es. Obat untuk hibermasi adalah Clorpromazin 2 – 4 mg/kgBB perhati di bagi
dalam 3 dosis secara suntiksn. Untuk mencegah edema otak diberikian
kortikosteroid dan glukokortikosteroid.
3.
Pengobatan Rumatan
Dibagi 2 bagian:
a.
Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terukangnya kejang kembali di kemudian
hari dengan memberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretik.
b.
Profilaksis jangka panjang
Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapiutik yang
stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang
dikemudian hari.
4.
Mencari dan Mengobati Penyebab
Pasien yang dating dengan kejang demam sebaiknya
dilakukan pemeriksaan intensif seperti:
a.
Pungsi lumbal
b.
Darah lengkap
c.
Gula darah.
d.
Elektrolit (kalium, magnesium,
matrium).
e.
Faal hati.
f.
Foto tengkorak.
g.
EEG
h.
Enchepalografi.
KONSEP
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Hal – hal yang perlu
dikaji pada anak yang mengalami kejang :
1)
Riwayat kesehatan bayi atau
anak.
Riwayat kelahiran atau dimasa neonatus, penyakit kronis,
neoplasma, imunosupresi, infeksi telinga dalam atau infeksi ekstra cranial
(OMA), meningitis atau enchepalitis, tu,or otak yang merupakan penyebab
terjadinya kejang sehingga diperlukan anamnese.
2)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisisk yang dilakukan untuk mengetahui
apakah ada kelainan neurologik, peningkatan TTV, yang biasanya terjadi pada
anak yang mengalami kejang. Kejang terutama pada anak golongan umur 6 bulan – 4
tahun. Pemeriksaan fisik dopengaruhi oleh usia anak dan organisme penyebab,
perubahan tingkat kesadaran, irritable, kejang tonik klonik, tonik, klonik,
takikardi, perubahan pola nafas, muntah dan hasil pungsi lumbal yang abnormal.
3)
Psikososial atau factor perkembangan
Umur, tungkat perkembangan, kebiasaan (apakah anak
merasa nyaman, waktu tidur teratur, benda yang difavoritkan), mekanisme koping,
pengalman dengan penyakit sebelumnya.
4)
Riwayat penyakit kejang atau
tanpa demam dalam keluarga,
5)
Kelainan dalam perkembangan
atau kelainan saraf debelum anak menderita kejang demam.
6)
Lama berlangsungnya kejang.
7)
Frekuensi terjadinya kejang
dalam satu tahun.
8)
Adanya anggota keluarga yang
pernah menderita kejang sebelumnya.
Pengkajian Neurologik
1)
Tanda – tanda vital
Suhu, TD, denyut jantung, tekanan darah, RR.
2)
Hasil pemeriksaan kepala.
a.
Frontal : menonjol, rata, dan
cekung
b.
Lingkar kepala (di bawah 2
tahun)
c.
Bentuk umum.
3)
Reaksi pupil.
a.
Ukuran
b.
Reaksi terhjadap cahaya
c.
Kesamaan respon
4)
Tingkat kesadaran
a.
Kewaspadaan
b.
Iritabilitas
c.
Letargi dan rasa mengantuk
d.
Orientasi terhadap diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
5)
Afek
Alam perasaan, labilitas
6)
Aktivitas kejang
Jenis dan lamanya
7)
Refleks
a.
Reflek tendo superficial dan
dalam
b.
Adanya reflek patologis
(misalnya: Babinski)
8)
Kemampuan intelektual
a.
Kemampuan menulis dan
menggambar
b.
Kemampuan membaca
9)
Fungsi sensoris
a.
Reaksi terhadap nyeri
b.
Reaksi terhadap suhu
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Resiko tinggi terjadi
injuri sehubungan dengan aktivitas kejang, serangan mendadak dari perubahan
aliran darah ke otak .
Intervensi
Ó Preconvulsif
·
Mengidentifikasi faktor resiko
preconvulsif untuk penyakit kejang
·
Monitor cardio pulmonal secara
terus menerus
·
Kaji kadar gula darah
·
Sediakan dan dekatkan peralatan
section
·
Sediakan O2 sesuai
indikasi
Ó Konvuslif
·
Catat waktu, durasi, bagian
tubuh yang teribat dan frekwensi kejang
·
Atur pemberian obat
·
Pastikan klien dalam keadaan
aman
Ó Post konvulsif
·
Monitor TTV
dan kesadaran klien
·
Pertahankan jalan nafas efektif
·
Sediakan oral hygiene .
2.
Tidak efektinya jalan
nafas sehubungan dengna spasme otor pernafasan, aspirasi
Intervensi
·
Baringkan klien
·
Berikan O2 1 – 2 L / mnt, bila
berat berikan 4 L / mnt
·
Pada saat kejang berikan sudip
lidah untuk mencegah agar lidah tidak tergigit
·
Observasi TTV secara kontinue setiap 30 menit
3.
Kurang pengetahuan
sehubungan dengan kurang pengalaman, kurang informasi perawatan rumah .
Intervensi
·
Anjurkan orang tua mengenal
kelainan kejang
·
Diskusikan pengobatan, dosis ,
tujuan , frekwensi , efek samping dan apa yang harus dilakukan dengan kesalahan
dosis
·
Diskusikan rencana keperawatan
dirumah, perwatan elama kejang
·
Ajakan kepada orang tua
bagaimana mengobservasi dan menentukan pertolongan pertama uyang aman dan legal
4.
Gangguan konsep diri (
gambaran diri / harga diri ) sehubungan dengan kehilangan kontrol diri , reaksi
lingkungan sekitar tehadap anak
Intervensi
·
Jelaskan
perilak anak selama kejang kepada anak mereka seperti anak yang lainnya .
·
Bantu orang
tua untuk menentukan kegiatan perkembangan anak yang tepat
·
Siapakan anak
untuk melalakukan tindakan perawatan diri sendiri
·
Dampingi anak
/ orang tua untuk mempergunakan sumber –
sumber koping tepat .
C. Perencanaan
1. Prioritas keperawatan
Prioritas
keperawatan pada klien dengan kejang menurut Dongoes ( 2002 )
1. Mengenali aktivitas kejang
2. Melindungi pasien dari cidera
3. Mempertahankan jalan nafas / fungsi
pernafasan
4. Membangkitan harga diri positif
5. Memberi informasi tentang proses penyakit ,
prognosa, dan penanganan selama terjadi serangan
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan
tindakan keperwatan anak dengan kejang adalah
1. Anak bebas dari cidera fisik
2. Aktifitas kejang dapat dicegah dan dikendalikan
3.
Anak memiliki
harga diri ndan citra diri yang positif yang meningkatkan kesejahteraan .
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI.1989.Perawatan Bayi Dan Anak Edisi I.Jakarta
: Bakti Husada.
Greenber,C.S.1988.Nursing Care Planning Guides For
Children.USA : Willams and Williams.
Mansjoer,Arief.2000.Kapita Selekta Kedokteran
Jilid 2.Jakarta : Media Aesculapius.
Suriadi,S.Kep.1987.Asuhan Keperawatan Pada Anak
edisi 1.Jakarta : PT. Fajar Interpratama.
Pedoman diagnosa dan terapi laboratorium/ UPF IKA,
1994 : RSUD Dr. Soetomo Surabaya ( hal 148-149 kejang demam, 151 – 153 status
konvulsi)
Behrman, E. Richard, 1992.
ilmu kesehatan anak . jakarta
: EGC
Arjatmo
T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru
Betz Cecily L,
Sowden Linda A. (2002). Buku Saku
Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
No comments:
Post a Comment