LANDASAN
TEORI
1. 1 Definisi
Selulitis adalah infeksi
streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya
disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,
biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah ( Tucker, 1998 : 633 ).
Selulitis adalah inflamasi supuratif
yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan ( Mansjoer, 2010; 82 ).
Selulitis adalah infeksi bakteri
yang menyebar kedalam bidang jaringan
( Brunner dan Suddarth, 2010 : 496 ).
Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang
disebabkan oleh bakteri stapilokokus aureus, streptokokus grup Adan
streptokokus piogenes.
1. 2 Klasifikasi
Menurut Berini, et al (2009)
selulitis dapat digolongkan menjadi:
1.2.1 Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis
yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang
tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat
lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang
terlibat.
1.2.2 Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Prosesnya
hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi bakteri
tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan spasia
yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh
bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh
dalam mengontrol infeksi.
1.2.3 Selulitis Difus Akut
Dibagi lagi
menjadi beberapa kelas, yaitu:
a)
Ludwig’s Angina
b)
Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
c)
Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal
d)
Selulitis
Fasialis Difus
e)
Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
f)
Selulitis Kronis
Selulitis
kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena terbatasnya
virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada pasien
dengan selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang adekuat
atau tanpa drainase.
g)
Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering
dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwig’s . Angina Ludwig’s merupakan suatu
selulitis difus yang mengenai spasia sublingual, submental dan submandibular
bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal (Berini, Bresco
& Gray, 1999 ; Topazian, 2002).
Selulitis
dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu
sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.
1. 3 Etiologi
Etiologinya berasal dari bakteri
Streptococcus sp. Mikroorganisme lainnya negatif anaerob seperti Prevotella,
Porphyromona dan Fusobacterium (Berini, et al, 1999). Infeksi odontogenik pada
umumnya merupakan infeksi campuran dari berbagai macam bakteri, baik bakteri
aerob maupun anaerob mempunyai fungsi yang sinergis ( Peterson,2003 ).
Infeksi Primer selulitis dapat
berupa perluasan infeksi/abses periapikal, osteomyielitis dan perikoronitis
yang dihubungkan dengan erupsi gigi molar tiga rahang bawah, ekstraksi gigi
yang mengalami infeksi periapikal/perikoronal, penyuntikan dengan menggunakan
jarum yang tidak steril, infeksi kelenjar ludah (Sialodenitis), fraktur
compound maksila / mandibula, laserasi mukosa lunak mulut serta infeksi
sekunder dari oral malignancy.
Penyebab dari selulitis menurut
Isselbacher ( 1999 ; 634 ) adalah bakteri streptokokus grup A, streptokokus
piogenes dan stapilokokus aureus.
1. 4 Manifestasi
Klinis
Menurut Mansjoer ( 2000 : 82 )
manifestasi klinis selulitis adalah Kerusakan kronik pada kulit sistem vena dan
limfatik pada kedua ekstrimitas, kelainan kulit berupa infiltrat difus
subkutan, eritema local, nyeri yang cepat menyebar dan infitratif ke jaringan
dibawahnya, Bengkak, merah dan hangat nyeri tekan, Supurasi dan lekositosis.
1. 5 Patofisiologi
Patofisiologi menurut Isselbacher (1999; 634) yaitu :
Bakteri patogen yang menembus
lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menimbulkan
peradangan, penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi,
kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang kencing manis yang pengobatannya
tidak adekuat. Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan system vena dan
limfatik pada kedua ektrimitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan
kemerahan yang karakteristik hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus
grup A, sterptokokus lain atau staphilokokus aureus, kecuali jika luka yang
terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan,
untuk absses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau
bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah
stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan
anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan
adanya organisme campuran. Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi
ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami super infeksi. Etiologinya
tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing,
nekrosis, dan infeksi derajat rendah
|
Infeksi jaingan subkutis
|
Selulitis bakteri masuk saluran nafas
Mekanisme radang
|
Proses fogositosis akselerasi/deselerasi hiperemi hiperplasia inteloransi jaringan/organ distal
jaringan saraf sekitar,
|
Hipertemia nyeri otot eritema lokasi oedema jaringan ikat
nyeri akut gangguan citra tubuh penekatan jaringan saraf
1. 7 Pemeriksaan
Lab
1.7.1 Pemeriksaan darah, menunjukkan
peningkatan jumlah sel darah putih, eosinofil dan peningkatan laju sedimentasi
eritrosit ( Tucker, 1998 : 633 ).
1.7.2 Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan,
menunjukkan adanya organisme campuran ( Issebacher 1999 : 634 )
1.7.3 Rontgen Sinus-sinus para nasal
(selulitis perioribital).
1. 8 Penatalaksanaan
Rawat inap
di rumah sakit, Insisi dan drainase pada keadaan terbentuk abses. Pemberian
antibiotik intravena seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau
tidak digunakan, infeksi ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien
diluar rumah sakit, analgesik, antipretik. Posisi dan imobilisasi ekstrimitas,
Bergantian kompres lembab hangat ( Long, 1996 : 670 ).
1. 9 Terapi
Pengobatan yang tepat dapat mencegah
penyebaran infeksi ke darah dan organ lainnya.
Ø Diberikan
penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin).
Ø Jika
infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan).
Ø Biasanya
sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan
antibiotik jika :
·
penderita berusia lanjut
·
selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh
lainnya
·
demam tinggi.
Ø Jika
selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat
dan dikompresdingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
Ø Terapi rawat
jalan dengan injeksi ceftriakson (rocephin) memberi perlindungan 24 jam dan dpt
menjadi pilihan bagi beberapa pasien selulitis.
1. 10 Faktor Resiko Terjadinya Selulitis
a) Gigitan dan
sengatan serangga, gigitan hewan, gigitan manusia.
b) Luka di
kulit
c) Riwayat
penyakit pembuluh darah perifer, diabetes
d) Baru
menjalani prosedur jantung, paru-paru atau gigi
e) Pemakaian
obat imunosupresan atau kortikosteroid
1. 11 Pencegahan
Jika memiliki luka,
a)
Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air
b)
Oleskan antibiotic
c)
Tutupi luka dengan perban
d)
Sering-sering mengganti perban tersebut
e)
Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi
Jika kulit
masih normal,
a)
Lembabkan kulit secara teratur
b) Potong kuku
jari tangan dan kaki secara hati-hati
c) Lindungi
tangan dan kaki
d) Rawat secara
tepat infeksi kulit pada bagian superficial
1. 12 Komplikasi
a)Bakteremia
b)
Nanah atau local Abscess
c)Superinfeksi oleh bakteri gram
negative
d)
Lymphangitis
e)Trombophlebitis
f) Sellulitis pada muka atau Facial cellulites
pada anak menyebabkan meningitis sebesar 8%.
1. 13
Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1) nyeri
akut berhubungan dengan inflamasi jaringan.
2)
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor sirkulasi dan
edema.
3) Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi menyebabkan penatalaksanaan
perawatan dirumah.
4) Nut risi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan glukoneogenesis.
1. 14
Rencana Keperawatan
1)
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri
berkurang atau hilang.
Kriteria
hasil :
1.
pasien menampakkan ketenangan
2.
ekspresi muka rileks
3.
ketidaknyamanan dalam batas yang dapat ditoleransi.
Intervensi :
1)
Kaji intensitas nyeri menggunakan skala / peringkat nyeri
R/ mengetahui berat nyeri yang
dialami pasien.
2)
Jelaskan pada pasien tentang sebab sebab timbulnya nyeri
R/ pemahaman pesien tentang penyebab nyeri yg terjadi
akan mengurangi ketegangan pasien.
3)
Berikan anal gesik jika diperlukan, kaji keefektifan
R/ obat obatan analgesik dapat membantu mengurangi
nyeri pasien.
4)
Ubah posisi sesering mungkin, pertahankan garis tubuh untuk menccegah penekanan
dan kelelahan
R/ posisi yang nyaman akan membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
5)
Bantuan dan ajarkan penanganan terhadap nyeri, penggunaan imajinasi, relaksasi
dan distraksi
R/ teknik relaksasi dsan distraksi bisa mengurangi
rasanyeri yang dirasakan pasien.
2)
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor sirkulasi dan
edema.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam diharapkan menunjukkan
regenerasi jaringan.
Kriteria
hasil :
1.
Lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjut,
2.
kulit bersih,
3.
kering dan area sekitar bebas dari edema,
Intervensi :
1)
Kaji kerusakan, ukuran, kedalaman warna cairan
R/ pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses
penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2)
Pertahankan istirahat di tempat tidur dengan peningkatan ekstremitas dan
mobilitasasi
R/ sirkulasi yang lancar bisa mempercepat proses
penyembuhan luka..
3)
Pertahankan teknik aseptic
R/ dapat mempercepat proses
penyembuhan luka.
4)
Gunakan kompres dan balutan
R/ kompres dan balutan bisa mengurangi kontaminasi
dari luar.
5)
Pantau suhu laporan, laoran dokter jika ada peningkatan
R/ indikasi dini terhadap komlikasi
infeksi.
3)
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi menyebabkan
penatalaksanaan perawatan dirumah.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien mengerti
tentang perawatan dirumah
Kriteria
hasil :
1.
Melaksanakan perawatan luka dengan benar menggunakan: tindakan kewaspadaan
aseptic yang tepat.
2.
Mengekspresikan pemahaman perkembangan yang diharapkan tanpa infeksi dan jadwal
obat.
Intervensi :
1)
Demonstasikan perawatan luka dan balutan, ubah prosedur, tekankan pentingnya
teknik aseptic
R/ agar keluarga dapat melkukan perawatan secara
aseptik di rumah sehingga luka bisa sembuh.
2)
Dorong melakukan aktivitas untuk mentoleransi penggunaan alat penyokong
R/ peningkatan perilaku yang adiktif
pada pasien.
3)
Jelaskan tanda-tanda dan gejala untuk dilaporkan ke dokter
R/ deteksi dini terhadap kegawatan dan penanganan yang
sesuai.
4)
Tekankan pentingnya diet nutrisi
R/ nutrisi yang adekuat mempercepat proses penyembuhan
luka.
4) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan glukoneogenesis.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan
keparawatan selama 2x24 jam nutrisi dapat terpenuhi secara adekuat.
Kriteria
hasil :
1. Mencerna jumlah kalori / nutrient yang
tepat
2. Menunjukkan tingkat energi biasanya
3. Mendemonstrasikan BB stabil atau
penambahan kearah rentang biasanya / yang diinginkan dengan nilai laboratorium
normal.
Intervensi :
1)
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
dapat dihabiskan pasien
R/ Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik
2)
Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,
muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan puasa sesuai indikasi
R/ Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat menurunkan motilitas / fungsi lambung (distensi / ileus
paralitik) yang akan mempengaruhi pilihan intervensi
3)
Identifikasi makanan yang disukai / dikehendaki termasuk kebutuhan etnik /
cultural
R/ Jika makanan
yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerja sama ini
dapat diupayakan setelah pulang
4)
Observasi tanda-tanda hipoglikemia
R/ Karena metabolisme karbohidrat mulaai terjadi (gula
darah akan berkurang, dan sementara tetap diberikan insulin, maka hipoglikemia
dapat terjadi)
5)
Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan (finger stick)
R/ Analisa di tempat tidur terhadap
gula darah lebih akurat
6)
Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton, Ph dan HCO3
R Gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian
cairan dan terap insulin terkontrol
7)
Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV secara intermiten
R/ Insulin regular memiliki awitan cepat dangan
karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel
8)
Lakukan konsultasi dengan ahli diet
R/ Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian
diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
1. 15
Evaluasi
1)
Nutrisi terpenuhi selama perawatan sesuai dengan kebutuhan.
2)
Pasien dapat mempertahankan berat badan sesuai umur.
3)
Integritas kulit normal
4)
Hasil pemeriksaan laborat dalam batas
normal.
5)
Nyeri dapat diturunkan sampai skala yang dapat ditolerir pasien antara skala
nyeri 1-2.
6)
Pasien menunjukkan perilaku yang lebih rileks.
7)
Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Berini, et
al, 1997, Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis. Volume
4, (p337-50).
Brunner dan Suddarth. (2010). Kapita selekta kedokteran. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia;Jakarta
Isselbacher, (1997), A Synopsis of Minor Oral Surgery, Wright, Oxford
Long, (1995), Emergency
Dental Care. A Lea & Febiger Book. Baltimore
Mansjoer. (2014).Asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan system pencernaan. SelembaMedika;Jakarta.
Tucker. (1988). Rencana asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC ; Jakarta
No comments:
Post a Comment