SAB
(Satuan Acara Bermain)
MEWARNAI
Oleh:
Anggih Kumala Dewi
Hanifan Fauzi
Rendy Pratama
PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KEPANJEN - MALANG
2014
LEMBAR
PENGESAHAN
SATUAN
ACARA BERMAIN
“Mewarnai”
RUANG E RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
- MALANG
DISAHKAN
PADA
......................................................
C.I. AKADEMIK C.I.
KLINIK
SATUAN ACARA
BERMAIN
Pokok Bahasan : Terapi Bermain
Sub pokok bahasan : Mewarnai
Sasaran :
Anak usia pra-sekolah Ruang E RSUD Kanjuruhan
Pelaksana :
Mahasiswa Profesi Ners STIKES KEPANJEN
Waktu Pelaksanaan : Kamis, 13 November 2014
Tempat :
Ruang E RSUD Kanjuruhan
1.
Latar Belakang
Hospitalisasi
selama kanak-kanak adalah pengalaman yang memiliki efek yang lama, kira-kira
satu dari tiga anak pernah mengalami hospitalisasi (Foster
and Humsberger, 1998).
Hospitalisasi menjadi stresor terbesar bagi anak dan keluarganya yang
menimbulkan ketidaknyamanan, jika koping yang biasa digunakan tidak mampu
mengatasi atau mengedalikan akan berkembang menjadi krisis. Tetapi besarnya
efek tergantung pada masing-masing anak dalam mempersepsikannya.
Hospitalisasi
adalah kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya perubahan atau gangguan
fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan. Hospitalisasi terjadi
apabila dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami suatu gangguan
fisik maupun mentalnya yang memungkinkan anak untuk mendapatkan perawatan di
rumah sakit.
Hospitalisasi
dapat merupakan satu penyebab stres bagi anak dan keluarganya. Tetapi tingkat
stresor terhadap panyakit dan hospitalisasi tersebut berbeda menurut anak
secara individu. Mungkin seorang anak menganggap hal itu sebagai hal yang biasa
tetapi mungkin yang lainnya menganggap hal tersebut sebagai suatu stresor. Upaya yang dilakukan adalah meminimalkan stress sebagai pengaruh
negatif dari hospitalisasi yaitu melakukan kegiatan “Terapi Bermain”. Bermain dipercaya mampu
menurunkan stress pada anak akibat lingkungan yang baru dan tindakan invasif
selama proses perawatan di rumah sakit.
Bermain dan anak merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Aktivitas bermain selalu dilakukan anak
dan aktivitas anak selalu menunjuk kepada kegiatan bermain. Bermain dan anak
sangat erat kaitannya hubungannya. Menurut Catron dan Allen dalam bukunya Early
Childhood Curriculum A Creative-Play Model (1999) mengatakan bahwa bermain
merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak berkembang optimal. Bermain secara
langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek perkembangan anak. Kegiatan
bermain memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan
lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak bebas untuk berimajinasi,
bereksplorasi, dan menciptakan sesuatu.
Mewarnai gambar merupakan terapi
permainan yang kreatif untuk mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan
komunikasi pada anak. Menggambar atau mewarnai bila sebagai suatu permainan
yang “nondirective” memberikan
kesempatan anak untuk bebas berekspresi dan sangat “theurapeutic”(sebagai permainan penyembuh/ “theurapeutic play”) (Whaley, 1991). Mengekpresikan perasaan dengan
menggambar/ mewarnai gambar, berarti memberikan pada anak suatu cara untuk
berkomunikasi, tanpa menggunakan kata (Veltman, 2000).
Salah satu manfaat bermain bagi anak
adalah untuk meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan anak dari stres.
Kreativitas anak akan berkembang melalui permainan. Ide-ide yang orisinil akan
keluar dari pikiran mereka. Bermain juga dapat membantu anak untuk lepas dari
stres kehidupan sehari-hari. Stres pada anak dapat disebabkan oleh rutinitas
harian selama hospitalisasi yang membosankan.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis merasa tertarik
untuk melakukan kegiatan terapi aktifitas bermain tentang bermain mewarnai terhadap anak usia sekolah di Ruang 15 RSSA Malang.
2.
Tujuan
a.
Tujuan Instruksional Umum
Setelah
dilakukan terapi bermain selama kurang lebih 30 menit diharapkan anak dapat terstimulasi kemampuan motorik dan kreativitasnya.
b.
Tujuan Instruksional Khusus
§
Anak dapat melakukan interaksi
dan bersosialisasi dengan dengan teman
sesamanya
§
Menurunkan perasaan
hospitalisasi.
§ Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress
karena penyakit dan dirawat
§ Meningkatkan latihan konsentrasi
§ Mengurangi rasa takut dengan tenaga kesehatan.
§ Melanjutkan perkembangan ketrampilan motorik halus.
3.
Sasaran
Yang menjadi sasaran dalam terapi bermain adalah anak yang sedang
menjalani perawatan di ruang E RSUD Kanjuruhan usia prasekolah (3-6 tahun).
4. Sarana
dan Media
a.
Sarana:
-
Ruangan tempat bermain.
-
Lantai untuk anak dan orang
tua.
b.
Media:
-
crayon
-
kertas
-
Jam /
pengukur waktu
5. Materi (terlampir)
6. Susunan
Acara
Permainan mewarnai
dilakukan dalam waktu kurang lebih 30 menit dengan susunan acara sebagai berikut:
Waktu
|
Kegiatan
perawat
|
Kegiatan
peserta
|
5 Menit
Pembukaan (perkenalan)
|
1.
Mengucapkan salam
2.
Memperkenalkan diri
3.
Menjelaskan tujuan dan
peraturan kegiatan
4.
Menjelaskan media yang akan dijadikan media permainan
|
1.
Membalas salam
2.
Mendengarkan penjelasan
3.
Mendengarkan penjelasan
4.
Mendengarkan penjelasan
|
20 Menit
Permainan
|
1.
Mengumpulkan klien yang telah
diseleksi
2.
Meminta kepada setiap anak
untuk menyebutkan namanya masing-masing dan bersalaman dengan semua peserta
yang lain
3.
Menjelaskan kembali tentang
permainan beserta alat-alatnya
4.
Meminta anak-anak untuk
bersiap-siap memulai mengambil kertas bergambar dan mewarnai dengan kreasi masing-masing
|
1.
Ikut berkumpul
2.
Memperkenalkan diri dan
bersalaman dengan peserta yang lainnya
3.
Mendengarkan penjelasan
4.
Mulai bersiap-siap untuk
memulai mewarnai gambar
|
5 Menit
Penutup (Terminasi )
|
1.
Memberikan kesimpulan
permainan
2.
Mengucapkan salam penutup
|
1.
Mendengarkan
2.
Menjawab salam penutup
|
7.
Skema Terapi Bermain
a.
Deskripsi tugas Terapis
Leader
§
Memimpin jalannya acara bermain
§
Membuka perkenalan
§
Membuat dan mengatur setting
tempat dan waktu
§
Menutup kegiatan bermain
Fasilitator
§
Mendampingi / membantu peserta
dalam bermain
Observer
§
Mengobservasi jalannya acara
permainan
§
Memberikan sekilas penilaian
§
Memberikan kritik dan saran
setelah acara selesai
§
Mengevaluasi dan memberikan
feedback pada leader
b.
Setting Tempat
Keterangan
:
: Leader
:
Peserta
:
fasilitator dan observer
|
8.Evaluasi
Yang dievaluasi dalam kegiatan
ini adalah:
Û
Persiapan
·
Kesiapan alat-alat permainan dan ruangan untuk bermain
·
Kesiapan peserta dalam mengikuti
permainan
·
Ketepatan waktu
Û
Proses.
·
Kemampuan leader memimpin permainan
·
Kemampuan fasilitator dalam memfasilitasi
anak
·
Respon anak selama bermain
(kontak mata, kehadiran penuh, antusiasme anak selama bermain)
Û
Hasil
·
Kesan –kesananak setelah melakukan terapi bermain
NAMA PESERTA YANG HADIR
DALAM TERAPI BERMAIN :
1.
2.
3.
4.
5.
RESPON PESERTA :
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR
PUSTAKA
Foster and Humsberger, 1998, Family
Centered Nursing Care of Children. WB sauders Company, Philadelpia USA.
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Wong’s
Essentials of Pediatric Nursing). Terjemahan oleh Andry Hartono. Jakarta:
EGC.
Whaley dan Wong. 2004. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi
2. Jakarta: EGC.
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar
Konsep Dasar Keperawatan Anak, Cetakan 1, Jakarta : EGC.
Lampiran Materi
TERAPI BERMAIN PADA ANAK
YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT
1.
Pengertian
Bermain adalah salah satu aspek penting
dari kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif untuk mengatasi stres
anak. Karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan sering
disertai stres berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa
takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stres
(Wong, et al, 2008).
2.
Fungsi Bermain di Rumah Sakit
Perawatan anak di rumah sakit merupakan
pengalaman yang penuh dengan stres, baik bagi anak maupun orang tua. Untuk itu
anak memerlukan media yang
dapat
mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas
kesehatan selama dalam perawatan. Media yang paling efektif adalah melalui
kegiatan permainan. Wong, et al (2008) menyebutkan, bermain sangat
penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Seperti kebutuhan
perkembangan mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat anak-anak sakit
atau di rumah sakit. Sebaliknya, bermain di rumah sakit memberikan manfaat utama yaitu meminimalkan
munculnya masalah perkembangan anak.
Beberapa manfaat bermain di rumah sakit
adalah memberikan pengalihan dan menyebabkan relaksasi. Hampir semua bentuk
bermain dapat digunakan untuk pengalihan dan relaksasi, tetapi aktivitas
tersebut harus dipilih berdasarkan usia, minat, dan keterbatasan anak.
Anak-anak tidak memerlukan petunjuk khusus, tetapi bahan mentah untuk
digunakan, dan persetujuan serta pengawasan.
Anak kecil menyukai berbagai mainan
yang kecil dan berwarna-warni yang dapat mereka mainkan di tempat tidur dan
menjadi bagian dari ruang bermain di rumah sakit (Wong, et al, 2008).
Meskipun semua anak memperoleh manfaat fisik, sosial, emosional dan kognitif
dari aktivitas seni, kebutuhan tersebut akan semakin kuat pada saat mereka di
hospitalisasi (Rollins, 1995 dalam Wong, et al, 2008). Anak akan
lebihmudah mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka melalui seni, karena
manusia pertama kali berpikir memakai imajinasi kemudian diterjemahkan dalam
kata-kata. Misalnya, gambar anak-anak sebelum pembedahan sering bermakna
kekhawatiran yang tidak terungkapkan (Clatworthy, 1999 dalam Wong, et al, 2008).
Hospitalisasi dapat memberikan
kesempatan khusus pada anak untuk penerimaan sosial. Terkadang anak yang
kesepian, asosial, dan jahat menemukan lingkungan yang simpatik di rumah sakit.
Anak-anak yang mengalami deformitas fisik atau “berbeda” dari teman seusianya
dapat menemukan kelompok sebaya yang bisa menerimanya (Wong, et al, 2008).
Penyakit dan hospitalisasi merupakan kesempatan yang sangat baik bagi anak dan
anggota keluarga lainnya untuk lebih mempelajari tubuh mereka, satu sama lain,
dan profesi kesehatan. Sebagai contoh, selama masuk rumah sakit, karena krisis
diabetes, seorang anak dapat mempelajari penyakit tersebut, dan orang tua akan
mempelajari kebutuhan akan kemandirian anak (Wong, et al. 2008).
Pengalaman menghadapi krisis seperti
sakit atau hospitalisasi memberi kesempatan anak memperoleh penguasaan diri.
Anak yang lebih muda memiliki kesempatan untuk menguji fantasi versus ketakutan
yang nyata. Mereka menyadari bahwa mereka tidak diabaikan, dimutilasi, atau
dihukum. Pada kenyataanya mereka dicintai, dirawat, dan diperlakukan dengan
hormat sesuai masalah mereka masing-masing (Wong, et al, 2008).
3.
Prinsip Bermain di Rumah Sakit
Menurut Supartini (2004), terapi
bermain yang dilaksanakan di rumah sakit tetap harus memperhatikan kondisi
kesehatan anak. Ada beberapa prinsip permainan pada anak di rumah sakit.
- Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat.
- Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak, menggunakan alat permainan yang ada pada anak atau yang tersedia di ruangan (Supartini, 2004).
- Permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur di malam hari (Wong, et al, 2008).
4.
Teknik Bermain di Rumah Sakit
Menurut Whaley & Wong (2004),
tehnik bermain untuk anak yang dirawat di rumah sakit adalah menyediakan
alat mainan yang merangsang anak bermain dan memberikan waktu yang cukup
pada anak untuk bermain dan menghindari interupsi dengan apa yang
dilakukan anak.
Peningkatan pengendalian anak yang
meliputi mempertahankan kemandirian, dan konsep perawatan diri dapat
menjadi salah satu hal yang menguntungkan. Meskipun perawatan diri
terbatas pada usia dan kondisi fisik anak, kebanyakan anak di atas usia
bayi dapat melakukan aktivitas dengan sedikit atau tanpa bantuan.
Pendekatan lain mencakup memilih pakaian dan makanan bersama-sama,
menyusun waktu dan melanjutkan aktivitas sekolah (Wong, et al, 2008).
Meningkatkan kebebasan bergerak juga
diperlukan, karena anak-anak yang lebih muda bereaksi paling kuat terhadap segala
bentuk restriksi fisik atau imobilisasi. Meskipun imobilisasi medis diperlukan
untuk beberapa intervensi seperti mempertahankan jalur iv, tetapi sebagian
besar retriksi fisik dapat dicegah jika perawat mendapatkan kerja sama dari
anak (Wong, et al, 2008).
Pemberitahuan kepada anak hak-haknya
pada saat di hospitalisasi meningkatkan pemahaman yang lebih banyak dan dapat
mengurangi perasaan tidak berdaya yang biasanya mereka rasakan (Wong, et al,
2008).
5. Bermain dalam Prosedur
Menurut Wong, et al (2008),
bermain pada anak yang bisa diterapkan pada prosedur atau yang melibatkan
kegiatan rutin rumah sakit dan lingkungan adalah dengan menggunakan permainan
bahasa, misalnya dengan mengenalkan gambar dan kata-kata yang berhubungan
dengan rumah sakit, serta orang-orang dan tempat sekitar. Kemudian memberikan
kesempatan pada anak untu menulis, menggambar dan mengilustrasikan cerita.
Caltworthy (1999 dalam Wong, et al 2008), mengatakan meskipun
interpretasi gambar anak membutuhkan pelatihan khusus, dengan mengobservasi
berbagai perubahan dalam serangkaian gambar anak dari waktu ke waktu dapat membantu
dalam mengkaji penyesuaian psikososial dan koping.
Bermain dalam prosedur rumah sakit juga
dapat dilakukan dengan cara penerapan pemahaman anak dengan memberikan ilmu
pengetahuan. Tutorial khusus yang diterima anak dapat membantu mereka
meningkatkan pelajarannya dan berkonsentrasi pada objek-objek yang sulit,
misalnya dengan mengajarkan anak sistem tubuh, lalu buatkan gambarnya, dan
anjurkan anak mengidentifikasi sistem tubuh yang melibatkan masalah kedokteran.
Contoh lain dengan menjelaskan nutrisi secara umum dan alasan menggunakan diet,
serta mendiskusikan tentang pengobatan anak (Wong, et al, 2008).
Sedangkan aktivitas bermain pada anak
yang bisa diterapkan pada prosedur khusus adalah dengan menggunakan cangkir
obat yang kecil dan didekorasi, memberikan minuman yang dicampur perwarna
minuman dengan menggunakan sedotan yang menarik. Hal ini memberikan arti
pentingnya intake cairan bagi anak. Untuk melatih pernafasan anak,
perawat dapat memberikan balon untuk ditiup atau mengajarkan anak membuat
gelembung dengan air (Wong, et al, 2008).
Sedangkan untuk melatih pergerakan
ekstremitas anak, perawat dapat mengajarkan ROM dengan cara menggantung bola di
atas tempat tidur anak dan suruh untuk menendang atau mengajarkan anak untuk
mengulangi gerakan kupu-kupu dan burung (Wong, et al, 2008).
Memberikan injeksi merupakan hal yang
paling menakutkan bagi anak. Untuk mengurangi stres anak terhadap hal tersebut,
perawat dapat melatih anak dengan membiarkan memegang syringe yang
bersih tanpa jarum dan mengajarkan anak menggambar seorang anak telah diberikan
suntikan (Wong, et al, 2008).
6.
Alat Mainan yang Sesuai dengan Usia dan Kondisi Anak
Alat mainan dapat diberikan pada anak
dalam keadaan kondisi sakit ringan, dimana anak dalam keadaan
yang membutuhkan perawatan dan pengobatan yang minimal. Pengamatan dekat dan
tanda vital serta status dalam keadaan normal dan kondisi sakit sedang, dimana
anak dalam keadaan yang membutuhkan perawatan dan pengobatan yang sedang,
pengamatan dekat dan status psikologis dalam keadaan normal. Sedangkan anak
dalam keadaan sakit berat tidak diberikan aktivitas bermain karena anak berada
dalam status psikologis dan tanda vital yang belum normal, anak gelisah,
mengamuk serta membutuhkan perawatan yang ketat (Whaley & Wong, 2004).
Pada usia bayi, saat anak mengalami
sakit ringan, alat mainan yang sesuai seperti balok dengan warna yang bervariasi,
buku bergambar, cangkir atau sendok, kotak musik, giring-giring yang dipegang,
boneka yang berbunyi. Sedangkan saat anak sakit sedang, mainan yang dapat
diberikan berupa kotak musik, giring-giring yang dipegang, boneka yang berbunyi
(Wong, et al, 2008).
Alat mainan yang dapat didorong dan
ditarik, balok-balok, mainan bermusik, alat rumah tangga, telephone mainan,
buku gambar, kertas, crayon, dan manik-manik besar dapat diberikan pada
anak usia toodler saat mengalami sakit yang ringan. Sedangkan pada saat
anak sakit dalam tingkat yang sedang, mainan yang diberikan dapat berupa mainan
bermusik, alat rumah tangga, telephone mainan, buku bergambar, dan
manik-manik besar (Wong, et al, 2008).
Pada usia pra sekolah, saat mereka mengalami
sakit ringan, alat mainan yang dapat diberikan berupa boneka-bonekaan,
mobil-mobilan, buku gambar, teka-teki, menyusun potongan gambar, kertas untuk
melipat-lipat, crayon, alat mainan bermusik dan majalah anak-anak. Dan saat
anak pra sekolah mengalami sakit sedang, mainan yang diberikan dapat berupa
boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku bergambar, dan alat mainan musik (Wong, et
al, 2008).
7.
Memilih Alat Mainan
Orang tua dari anak-anak yang dihospitalisasi
sering menanyakan pada perawat tentang jenis-jenis mainan yang boleh dibawa
untuk anak mereka. Meyakinkan orang tua bahwa ingin memberikan mainan yang baru
untuk anak mereka merupakan sifat alami adalah tindakan yang bijaksana, tetapi
akan lebih baik bila menunggu sementara untuk membawakan mainan tersebut,
terutama jika anak tersebut masih kecil. Anak-anak kecil perlu rasa nyaman dan
keyakinan terhadap benda-benda yang dikenalnya (Wong, et al, 2008).
Whaley & Wong (2004) menyebutkan
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih mainan bagi anak yang
dirawat di rumah sakit adalah, pilihlah alat mainan yang aman (alat mainan ini
aman untuk anak yang satu belum tentu untuk anak yang lain). Hindari alat
mainan yang tajam, mengeluarkan suara keras dan yang terlalu kecil, terutama
anak umur di bawah 3 tahun. Ajarkan anak cara menggunakan alat yang bisa
membuat injury seperti gunting, pisau dan jarum. Sediakan tempat untuk
menyimpan alat mainan anak-anak dan pilihlah alat mainan yang membuat anak tidak
jatuh.
8.
Tahap Perkembangan Bermain
a.
Tahap eksplorasi
Merupkan tahapan menggali
dengan melihat cara bermain
b.
Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain,anak mulai
masuk dalam tahap perminan.
c.
Tahap bermin sungguhan
Anak sudah
ikut dalam perminan.
d.
Tahap melamun
Merupakan
tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
No comments:
Post a Comment