Friday, March 25, 2016

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS CONVULSI



LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS CONVULSI
Di R. E RSUD Kanjuruhan Kepanjen – Malang





LOGO STIKES KEPANJEN.jpg
 












Oleh :

HANIFAN FAUZI
2014.03.036



PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KEPANJEN - MALANG
2014

LEMBAR PENGESAHAN


Laporan pendahuluan dengan judul “FEBRIS CONVULSI ” di UPTD Puskesmas Sumberpucung Malang, telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing :









Mengetahui,











Pembimbing Institusi




(                                   )
 


Pembimbing Lahan




(                                   )
 

 











LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS CONVULSI

A. Definisi
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz & Sowden,2002)
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.

B. Etiologi
1. Gangguan vaskuler
a.       Perdarahan akibat ptechi akibat dari anoreksia dan asfiksia yang dapat terjadi di intra cerebral atau intra ventrikuler.
b.      Perdarahan akibat trauma langsung yaitu berupa perdarahan di subcranial atau subdural.
c.       Trombosis.
d.      Penyakit perdarahan seperti defisiensi vitamin K.
e.       Sindroma hiperviskositas.
2. Gangguan metabolisme
a.       Hipokalsemia.
b.      Hipomagnesia.
c.       Hipoglikemia.
d.      Amino Asiduria.
e.       Hipo dan Hipernatremia.
f.       Hiperbilirubin.
g.      Defisiensi dan ketergantungan akan piridoksin.
3. Infeksi.
a.       Meningitis.
b.      Enchepalitis.
c.       Toksoplasma congenital.
d.      Penyakit cytomegali inclusion.
4. Toksik
a.       Obat convulsion.
b.      Tetanus.
c.       Enchephalopati Timbal.
d.      Sigelosis Salmenali.
5. Kelainan Kongenital.
a.       Parasenfali.
b.      Hidrasefali.
6. Lain-lain
a.       Narkotik Withdraw.
b.      Neoplasma.
Factor-faktor yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain:
  1. Demam itu sendiri atau tinggi suhu badan anak.
  2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus).
  3. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
  4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
  5. Enchepalitis vital (radang otak akibat virus) ringan yang tidak diketahui atau enchepalopati toksik sepintas.
  6. Gabunganh semua faktoer tersebut diatas.

C. Tanda Dan Gejala
    1. suhu tubuh lebih dari 39°C per rectal
    2. hilang kesedaran
    3. kekakuan otot yng tidak terkendali
    4. terjadi gerakan berulang- ulang secara periodik selama ± 15 menit.
    5. wajah kebiruan
    6. mata mendelik keatas

D. Klasifikasi
Secara umum dibagi 2 yautu:
  1. konvulsi akut (Non Rekuren)
merupakan konvulsi yang sering terjadi pada neonatus. Seluruh tipe serangan konvulsi akut pada anak dapat merupakan manifestasi sementara penyakit akut yang melibatkan otak. Umumnya kejang demam terjadi setalah 6 bulan pertama kehidupan, namun dalam 2-3 tahun pertama insidennya terus-menerus mencapai usia 6-8 tahun dan sesudah itu kejang menjadi jarang.
  1. Konvul Kroniuk (Rekuren)
Dapat disebit juga epilepsy, terdapat 10 macam epilepsy:
·         Epilepsi Idiopatik
Gambaran electroenchepalografik terutama saat tidur, memperlihatkan abnormalitas umum pada 90% anak dengan kejang idiopatik.
·         Epilepsi Organik
Dapat terjadi setelah kerusakan otak diapat pada masa prenatal, natal dan postnatal, anak sering memperlihatkan cacat motorik dan retardasi mental.
·         Epilepsy Tonik-Klonik
Kejang umum, datang spasme otot dengan fase tonik-klonik. Epilepsy ini dapat terjadi pada malam hari tanpa disadari klien, lidah atau gigi tergigit, nyeri kepala, darah dibantal atau tempat tidur basah oleh kemih, dapat terjadi 1-2 hari.
·         Epilepsi (Absence) Peti Mal
Kehilangan kesadaran sementara, berputarnya bola mata keatas, gerakan alis mata, kepala mengangguk, anggukan kepala sedikit gemetar pada otot badan dan anggota tubuh.
·         Epilepsy Psikomotorik
Berupa gerakan motorik tetapi rudak berulang dan sering kompleks, sering didapatkan kepucatan di sekitar mulut, pekikan nyaring atau usaha minta pertolongang orang lain.
·         Kejang Portial Vokal.
Kejang ini dimulai pada suatu kelompok yang menyebar ke tempat lain, misalnya dari ibu jari ke tempat lain, pergelangna tangan, lengan, wajah, dan kemudian kaku yang sama.
·         Kejang Mioklonik Infantil
Kejang sebelum usia 2 tahun, dibagi menjadi 2, yaitu:
v  Jika tingkat perkembangnan tidak pernah normal terjadi pada usia 4 bulan, terdapat cacat cerebellum congenital atau sebab organic lainnya.
v  Jika anak tumbuh normal  sampai usia 6 bulan atau lebih, memiliki kemampuan motorik yang baik namun dengan kemampuan bahasa dan penyesuain yang bururk dibandingkan usia kronologinya.


·         Kejang Mioklonik dan Akinetik
Biasanya melibatkan satu kelompok otot dan dikaitlan dengan hilangnya tonis postural tubuh secara mendadak.
·         Kejang Noidural
Mimpi bururk dan tidur berjalan (somnebolisme) paling sering terjadi pada saat tidur nyenyak yaitu (1-2 jam) setelah ridur.
·         Kejang Induksi
Dengan terapi obat saja biasanya tidak memuaskan, setelah anak belajar menarik perhiasan perhatian dengan cara ini, maka sulit untuk mrngubah kembali.

E. Manifestasi  Klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar SSP: misalnya tonsillitis, otitis media akut, bronchitis, furunkulosisi,. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan singkat bangkitnya bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, vocal, atau kinetic. Umumnya kejang berhenti sendirir.
Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi apapun untuk  sejenak tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Menururt FKUI-RSCM Jakarta pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana yaitu:
  1. Umur anak ketika kejang demam antara 6 bulan – 4 tahun.
  2. Kejang berlansung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
  3. Kejang bersifat umum.
  4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
  5. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak mungkin menimbulkan kelainan.
  6. frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
  7. pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal







F. Patofisiologi

Hipikalsemia, hipomagnesia
Trombosis, antikonvulsan, Infeksi ekstrakranial : suhu tubuh


 
Terlepsanya muatan
Listrik pada neuron otak


 
Timbul rangsangan listrik


 
Potensial lostri ditentukan oleh membrane sel


 
Ion Na & K


 


 Fase istirahan ion K                                             Ion Na melakukan transport aktif
 
Hipertermi
 
                                                                                 Perubahan potensial membrane
Hipertermi
                                                                                                      Action potensial
metabolism meningkat                 
                                                                                                           Permeabilitas sel meningkat
                                                Aktivitas otot meningkat
                                                                                                     Na masuk dalam el


 
                                                                                           Muatan sel dalam sel (+)





Deficit pengetahuan
 



 
                                                                                   Depolarisasi dan lebih peka
                                                                                              terhadap rangsang


 
Gangguan konsep diri
 
                                                                                          Neuron tarnsmiter bekerja
 
                                                                                                       Adanya suatu
                                                                                                           rangsang


Resiko tinggi injury
 
 
Kehilangan control tubuh                        kejang                             


 
                                                    Gangguan saraf ototnom


 
          Spasme otot telan                                                     spasme otot pernafasan








 
jalan nafas tak efektif

 
Akumulasi saliva pada daerah mulut             aspirasi          
                                                                                          
    
            O2 menurun, CO2 naik







Penurunan kesadaran
 

 
                                        Kerusakan sel otak              Hipoksia          otak      cyanosis


G. Prognosis
Resiko yang  akan dihadapi seorang anak sesudah menderita kejang demam terganting factor:
  1. Riwayat penyakit kejang  tanpa demam dalam keluarga.
  2. kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam.
  3. kejang yang berlangsung lama atau kejang vocal.

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor  di atas maka
  1. dikemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13% dibandingkan bila terdapat satu atu tidak sama sekali factor tersebut di atas, serangan kejang tanpa demam hanya 2 – 3 % saja.
  2. hemiparesis biasanya terjadi pada pasien yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari 30 menit) baik bersifat umum atau fokal. Kelumpuhan dapat terjadi pada kejang fokal yang bersufat flaksit tetapi setelah 2 minggu timbul spasitas.

H. Penatalaksanaan
  1. Memberantas kejang secepat mungkin
Bila penderita kejang dalam keadaan konfusitus, obat pilihan utama adalah diazepam yang dibertikan secara IV, keberhasilannya dapat menekan kejang sekitar 80 – 90 % dengan efek terapiutik yang sangat cepat. Dosis obat tergantung dari berat badan yaitu:
·         BB kurang dari 10 kg : 0,5 – 0,75 mg/kg BB dengan minimal dalam sempirit 2,5 mg
·         BB 10 – 20 kg : 0,5 mg/kg BB dengan minimal dalam sempirit 7,5 mg.
·         BB diatas 20 kg: 0,5 mg/kg BB
Biasanya dosis rata-rata yang terpakai 0.3 mg/kgBB tiap kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun dan 10 mg pada anak yang lebih besar.
2.      Pengobatan Penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang
a.       Semua pakaian ketat dibuka
b.      Posisi kepala miring untuk mencegah aspirasi pada lambung.
c.       Ushakan jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen bila perlu lakukan intibasi atau trakeostomi.
d.      Penghisapan lender harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.

Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, TD, RR dan fungsi jantung harus diawasu secara ketat. Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk menilai adnya kelainan metabolic dan elektrolit. Jika suhu meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hibermasi dengan kompres alcohol dan es. Obat untuk hibermasi adalah Clorpromazin 2 – 4 mg/kgBB perhati di bagi dalam 3 dosis secara suntiksn. Untuk mencegah edema otak diberikian kortikosteroid dan glukokortikosteroid.
3.      Pengobatan Rumatan
Dibagi 2 bagian:
a.       Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terukangnya kejang kembali di kemudian hari dengan memberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretik.
b.      Profilaksis jangka panjang
Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapiutik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang dikemudian hari.
4.      Mencari dan Mengobati Penyebab
Pasien yang dating dengan kejang demam sebaiknya dilakukan pemeriksaan intensif seperti:
a.       Pungsi lumbal
b.      Darah lengkap
c.       Gula darah.
d.      Elektrolit (kalium, magnesium, matrium).
e.       Faal hati.
f.       Foto tengkorak.
g.      EEG
h.      Enchepalografi.










KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
     Hal – hal yang perlu dikaji pada anak yang mengalami kejang :
1)      Riwayat kesehatan bayi atau anak.
Riwayat kelahiran atau dimasa neonatus, penyakit kronis, neoplasma, imunosupresi, infeksi telinga dalam atau infeksi ekstra cranial (OMA), meningitis atau enchepalitis, tu,or otak yang merupakan penyebab terjadinya kejang sehingga diperlukan anamnese.
2)      Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisisk yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan neurologik, peningkatan TTV, yang biasanya terjadi pada anak yang mengalami kejang. Kejang terutama pada anak golongan umur 6 bulan – 4 tahun. Pemeriksaan fisik dopengaruhi oleh usia anak dan organisme penyebab, perubahan tingkat kesadaran, irritable, kejang tonik klonik, tonik, klonik, takikardi, perubahan pola nafas, muntah dan hasil pungsi lumbal yang abnormal.
3)      Psikososial atau factor perkembangan
Umur, tungkat perkembangan, kebiasaan (apakah anak merasa nyaman, waktu tidur teratur, benda yang difavoritkan), mekanisme koping, pengalman dengan penyakit sebelumnya.
4)      Riwayat penyakit kejang atau tanpa demam dalam keluarga,
5)      Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf debelum anak menderita kejang demam.
6)      Lama berlangsungnya kejang.
7)      Frekuensi terjadinya kejang dalam satu tahun.
8)      Adanya anggota keluarga yang pernah menderita kejang sebelumnya.
Pengkajian Neurologik
1)      Tanda – tanda vital
Suhu, TD, denyut jantung, tekanan darah, RR.
2)      Hasil pemeriksaan kepala.
a.       Frontal : menonjol, rata, dan cekung
b.      Lingkar kepala (di bawah 2 tahun)
c.       Bentuk umum.



3)      Reaksi pupil.
a.       Ukuran
b.      Reaksi terhjadap cahaya
c.       Kesamaan respon
4)      Tingkat kesadaran
a.       Kewaspadaan
b.      Iritabilitas
c.       Letargi dan rasa mengantuk
d.      Orientasi terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
5)      Afek
Alam perasaan, labilitas
6)      Aktivitas kejang
Jenis dan lamanya
7)      Refleks
a.       Reflek tendo superficial dan dalam
b.      Adanya reflek patologis (misalnya: Babinski)
8)      Kemampuan intelektual
a.       Kemampuan menulis dan menggambar
b.      Kemampuan membaca
9)      Fungsi sensoris
a.       Reaksi terhadap nyeri
b.      Reaksi terhadap suhu

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.       Resiko tinggi terjadi injuri sehubungan dengan aktivitas kejang, serangan mendadak dari perubahan aliran darah ke otak .
Intervensi
Ó Preconvulsif
·   Mengidentifikasi faktor resiko preconvulsif untuk penyakit kejang
·   Monitor cardio pulmonal secara terus menerus
·   Kaji kadar gula darah
·   Sediakan dan dekatkan peralatan section
·   Sediakan O2 sesuai indikasi  
Ó Konvuslif
·         Catat waktu, durasi, bagian tubuh yang teribat dan frekwensi kejang
·         Atur pemberian obat
·         Pastikan klien dalam keadaan aman 
Ó Post konvulsif
·         Monitor TTV dan kesadaran klien
·         Pertahankan jalan nafas efektif
·         Sediakan oral hygiene .
2.       Tidak efektinya jalan nafas sehubungan dengna spasme otor pernafasan, aspirasi
Intervensi 
·         Baringkan klien
·         Berikan O2 1 – 2 L / mnt, bila berat berikan 4 L / mnt
·         Pada saat kejang berikan sudip lidah untuk mencegah agar lidah tidak tergigit
·         Observasi TTV secara kontinue setiap 30 menit
3.       Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang pengalaman, kurang informasi perawatan rumah .
Intervensi
·         Anjurkan orang tua mengenal kelainan kejang
·         Diskusikan pengobatan, dosis , tujuan , frekwensi , efek samping dan apa yang harus dilakukan dengan kesalahan dosis
·         Diskusikan rencana keperawatan dirumah, perwatan elama kejang
·         Ajakan kepada orang tua bagaimana mengobservasi dan menentukan pertolongan pertama uyang aman dan legal
4.       Gangguan konsep diri ( gambaran diri / harga diri ) sehubungan dengan kehilangan kontrol diri , reaksi lingkungan sekitar tehadap anak
Intervensi
·         Jelaskan perilak anak selama kejang kepada anak mereka seperti anak yang lainnya .
·         Bantu orang tua untuk menentukan kegiatan perkembangan anak yang tepat
·         Siapakan anak untuk melalakukan tindakan perawatan diri sendiri
·         Dampingi anak / orang tua  untuk mempergunakan sumber – sumber koping tepat .
C. Perencanaan
1.      Prioritas keperawatan
Prioritas keperawatan pada klien dengan kejang menurut Dongoes ( 2002 )
1.       Mengenali aktivitas kejang
2.       Melindungi pasien dari cidera
3.       Mempertahankan jalan nafas / fungsi pernafasan  
4.       Membangkitan harga diri positif
5.       Memberi informasi tentang proses penyakit , prognosa, dan penanganan selama terjadi serangan
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperwatan anak dengan kejang adalah
1.      Anak bebas dari cidera fisik
2.       Aktifitas kejang dapat dicegah dan dikendalikan
3.       Anak memiliki harga diri ndan citra diri yang positif yang meningkatkan kesejahteraan .







DAFTAR PUSTAKA



Depkes RI.1989.Perawatan Bayi Dan Anak Edisi I.Jakarta : Bakti Husada.

Greenber,C.S.1988.Nursing Care Planning Guides For Children.USA : Willams and Williams.

Mansjoer,Arief.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta : Media Aesculapius.

Suriadi,S.Kep.1987.Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 1.Jakarta : PT. Fajar Interpratama.

Pedoman diagnosa dan terapi laboratorium/ UPF IKA, 1994 : RSUD Dr. Soetomo Surabaya ( hal 148-149 kejang demam, 151 – 153 status konvulsi)

Behrman, E. Richard, 1992. ilmu kesehatan anak . jakarta : EGC

Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru

Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.

No comments:

Post a Comment

Contoh Proposal Kegiatan

PROPOSAL KEGIATAN PENYULUHAN MENCUCI TANGAN YANG BENAR   PROGRAM STUDI PROFESI...