Friday, March 25, 2016

LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)



LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
Di R. E RSUD Kanjuruhan Kepanjen - Malang




LOGO STIKES KEPANJEN.jpg
 












Oleh :

HANIFAN FAUZI
2014.03.036


PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KEPANJEN - MALANG
2014

LEMBAR PENGESAHAN


Laporan pendahuluan dengan judul “BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)” di ruang E RSUD Kanjuruhan Kepanjen - Malang, telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing :










Mengetahui,











Pembimbing Institusi




(                                   )
 


Pembimbing Lahan




(                                   )
 

 






LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH


A.    DEFINISI
         BBLR adalah bayi yang mempuyai berat badan lahir kurang dari 2500 gram. BBLR ada 3 macam yaitu:
1.      Bayi dengan usia kehamilan aterm (37-42 minggu) maupun posterm (kurang 42 minggu) dengan BB <2,5 kg, kecil untuk masa kehamilan.
2.      Bayidengan preterm (28-37 minggu) BB <2,5kg, BB bayi sesuai dengan umur kehamilan. Disebut juga premature murni.
3.      Bayi Preterm usia (28-37 minggu) BB< dari umur kehamilan.
Menurut WHO (1961) BBLR adalah semua bayi baru lahir yang BBnya kurang atau sama dengan 2500.
Kongres European Perinatal Medicine II di London diusulkan definisi sebagai berikut:
1. Pre Term Infant       :masa gestasi<259hari (37minggu)
2. Term Infant             :masa gestasi259-293 hari (37-41minggu)
3. Post Term Infant     :masa gestasi 294 hari atau lebih (42 minggu atau lebih)
Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan diatas, maka bayi BBLR dibagi menjadi dua golongan ,yaitu:
1.      Prematuritas Murni     : Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BBnya sesuai  dengan BB masa gestasi ini.
2.      Dismamatur             : Kalau BB bayi tersebut kurang dari BB seharusnya        untuk masa-masa gestasi.
                                                                                               (Depkes RI,1989:20)           
B.     ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan BBLR adalah
1. Faktor ibu
a.       Gizi saat hamil yang kurang dan antenatalcare yang kurang
b.      Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
c.       Jarak kehamilan dan bersalin yamg telalu dekat
d.      Ibu pendek dengan tinggi badan kurang dari 150cm
e.       Penyakit menahun ibu, hipertensi, DM, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok, gangguan narkotik.
f.       Pekerjaan yang terlalu berat.
2.  Faktor kehamilan.
a.       Penyakit yang berhubungan dengan kehamilan misalnya toxemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis
b.      Hamil ganda
c.       Hamil dengan hidromion
3. Faktor janin
a.       Cacat bawaan
b.      Infeksi dalam rahim
c.       Gangguan metabolisme dalam rahim
d.      Kelainan kromosom
e.       Syphilis termasuk infeksi kronis
4. Faktor-faktor yang lain
a.       Radiasi
b.      Bahan-bahan keratogen atau karsinogen
c.       Tempat tinggal didataran tinggi
                                                                         (Sacharin, 1994 :172)

C.   PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;
  1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
  2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan BBLC.
  3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu. Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm mempunyia lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.


















D.  KLASIFIKASI
  1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR): bayi yang lahir dengan BB kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi.
  2. Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir ekstrem rendah: bayi yang lahir dengan BB kurang dari 1000 gram.
Berat badan lahir sangat rendah: bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram.
1.      Berat badan lahir rendah sedang: bayi yang lahir dengan BB antara 1501 – 2500 gram
  1. Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi: bayi yang lahir dengan BB berada di bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
  2. Retardasi pertumbuhan intrauterine (Intrauterine Growth Retardation/IUGR): ditemukan pada bayi yang pertumbuhan intrauterinenya mengalami retardasi (terkadang digunakan sebagai istilah yang lebih deskriptif untuk bayi kecil untuk masa gestasi).
  3. Bayi besar untuk usia gestasi: bayi yang BB-nya berada di atas presentil ke-90 pada kurva perumbuhan intrauterine.
 
E.  TANDA DAN GEJALA
Menurut Sacharin (1994 : 172), tanda dan gejalanya sebagai berikut :
a.       Sistem Pernafasan
a.       Apnea
b.      Ritme dan dalamnya pernafasan cenderung tidak teratur
c.       Timbul sianosis
d.      Kecepatan pernafasan dapat 60-80.
2.      Sistem Sirkulasi
a.       Kerja jantung lemah lembut dan lambat
b.      Sirkulasi perifer seringkali buruk dan dinding pembuluh darah juga lemah
c.       Tekanan darah lebih rendah (sistolik 45-60 mmHg, diastolic 30-45 mmHg)
d.      Nadi bervariasi antara 100 dan 160/menit
e.       Cenderung ditemukan aritmia
3.      Pengendalian suhu.,
a.       Cenderung memiliki suhu tubuh yang subnormal yang disebabkan karena produksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas, pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna, kurangnya lemak dalam jaringan akibatnya mempercepat perubahan suhu tubuh, kurangnya pergerakan sehingga produksi panas juga berkurang, permukaan tubuh lebih luas sehingga pengeluaran panas melalui tubuh lebih besar.
b.      Kegagalan untuk mempertahankan suhu adekuat disebabkan karena tidak adanya jaringan adipose coklat (yang mempuyai aktivitas metabolic yang tinggi). Pernafasn yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk. Aktivitas otot yang buruk dan pemasukan makanan yang rendah. 
4.      Sistem Pencernaan
a.       Reflek menghisap dan menelan lemah
b.      Sering terjadi regurgitasi karena mekanisme penutupan spinter jantung yang kurang berkembang dan spinter pylorus yang relatif kuat.
5.      Sistem Urinarius
a.       GFR(Glomerolus Filtrasi Rate) menurun
b.      Urin sedikit
c.       Sering terjadi gangguan keseimbangan keseimbangan air dan elektrolit
6.      Sistem Persarafan
a.       Tangisan lemah
b.      Pusat pengendalian fungsi vital kurang berkembang
c.       Lebih sulit untuk dibangunkan
7.      Sistem Genetalia
a.       Genital kecil
b.      Pada laki-laki, testis terdapat dalam abdomen, kanalis ingualis atau skrotum.
c.       Pada wanita labia minor tidak ditutupi oleh labia mayor hingga aterm.
8.      Gambaran umum
a.       BB kurang dari 2500gr
b.      TB kurang dari 45cm
c.       Lingkar dada kurang dari 30cm
d.      Lingkar kepala kurang dari 33cm
e.       Kulit biasanya tipis,merah,dan berkerut.
f.       Ditemukan sedikit lemak subkutan.
g.      Kuku lembut dan lanugo mencolok tetapi terdapatsedikit atau tidak ditemukan verniks caseosa.
h.      Rambut pendek dan jarang.
i.        Alis mata sering kalli tidak ada.

F.   MASALAH YANG MUNGKIN MUNCUL
Masalah yang sering dihadapi bayi BBLR adalah imaturitas organ-organ tubuh karena lahir kurang bulan. Beberapa gangguan akibat belum matangnya organ-organ tersebut:
  1. Sistem pengaturan tubuh yang belum matur, menyebabkan BBLR membutuhkan perawatan khusus dalam inkubator.
  2. Sistem imunologi yang belum berkembang dengan baik menyebabkan bayi sangat rentan terhadap infeksi.
  3. Imaturitas sistem syataf pusat menyebabkan mudahnya terjadinya perdarahan peribentruker.
  4. Imaturitas paru memudahkan terjadinya penyakit membran hialin.
  5. Imaturitas metabolisme bilirubin mempermudah terjadinya hiperbiliribinemia.
  6. Imaturitas saluran pencernaan mempermudah terjadinya sindrom malabsorbsi.

G.  KOMPLIKASI
1.       Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).
2.       Hipoglikemi simtomatik.
3.       Asfiksis neonatorum
4.       Penyakit membran hialin.
5.       Hiperbilirubinemia.

H.  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
·         Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
·         Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
·         Titer Torch sesuai indikasi
·         Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
·         Pemantauan elektrolit
·         Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )

I.      PENATALAKSANAAN
a.         Penanganan bayi
       Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
b.        Pelestarian suhu tubuh
       Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
       Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c.         Inkubator        
       Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
d.        Pemberin oksigen
       Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
e.         Pencegahan infeksi
       Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
f.         Pemberian makanan
       Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
       Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
Umur/hari
Jmlh ml/kg BB
1
50- 65
2
100
3
125
4
150
5
160
6
175
7
200
14
225
21
175
28
150
J.     PROGNOSIS
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501- 2500 gram adalah 95 %,  tetapi berat bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang tinggi. Kematian diduga karena displasia bronkhopulmonal, enterokolitis nekrotikans, atau infeksi sekunder.
BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat sesuai masa gestasi.
Pada BBLR , makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.

K.  MEMULANGKAN BAYI
Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol maupum putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10 – 30 gram / hari dan suhu tubuh tetap normal diruang biasa. Biasanya bayi dipulangkan dengan berat badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah teratasi.

L.   ASUHAN KEPERAWATAN
            1.      Pengkajian
a.       Biodata
1)      Identitas bayi
2)      Identitas orang tua,
b.      Pemeriksaan Biologis Ibu
1)      Riwayat kehamilan, umur kehamilan dan lain-lain
2)      Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan
3)      Keadaan fisik ibu saat pengkajian
4)      Riwayat penyakit ibu
c.       Pemeriksaan Fisik Bayi
1)      Keadaan bayi saat dilahirkan: warna kulit, rambut tebal, lemak subkutan, gerakan, hasil Apgarscore, kemampuan bernafas, temperatur dan lain-lain.
2)      Keadan bayi saat pengkajian: fisik, kesadaran, tingkatan sakit, kemampuan bernafas, temperatur dan lain-lain.
3)      Pengkajian proses pertolongan dan penanganan selanjutnya.
d.      Pemeriksaan Penunjang
1)      Penurunan Hb/Hct
2)      Serum glukosa menurun
3)      Elektrolit (Na, K, Cl)
4)      BGA, asidosis
5)      Trombositopenia
6)      Serum kalsium menurun.
(Depkes RI, 1989 : 20).
2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang belum sempurna.
b.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan kurangnya suplay oksigen menurun.
c.       Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan imaturitas paru.
d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan absorpsi.
e.       Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan.
 (Doenges, 2000 : 672).

3.      Intervensi

a.      Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang belum sempurna.
Tujuan       : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi pada bayi.
1)      Cuci tangan  sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2)      Pastikan bahwa peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih dan steril.
3)      Hindarkan bayi kontak dengan orang yang menderita ISPA.
4)      Tempatkan bayi yang terinfeksi di ruangan sendiri.
5)      Kolaborasi untuk pemberian antibiotik yang sesuai advis dokter
b.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen menurun.
1)      Kaji ulang terhadap pola pertumbuhan prenatal dan atau penurunan jumlah cairan amnion seperti yang dideteksi oleh ultrasonografi.
2)      Perhatikan jenis kelahiran dan kejadian intra partum yang menandakan hipoksia.
3)      Perhatikan waktu dan skor Apgar, observasi pola pernafasan.
4)      Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, upaya, observasi dan laporkan tanda dan gejala distress pernafasan, bedakan dari gejala yang berhubungan dengan polisitemia.
5)      Auskultasi bunyi nafas secara teratur.
6)      Hisap selang nasofaring sesuai kebutuhan, setelah pemberian suplemen oksigen pertama.
7)      Auskultasi nadi apikal, perhatikan adanya sianosis.
8)      Cegah komplikasi latrogenik berkenaan dengan distress dingin, ketidakseimbangan metabolik dan ketidakcukupan kalori.

Kolaborasi

9)      Pantau pembacaan oksimeter nadi.
10)  Pantau pemeriksaan lab sesuai indikasi, PH serum, GDA, dan HT.
11)  Berikan O2 hangat dan lembab, berikan vertilasi bantuan sesuai indikasi.
12)  Lakukan suction.
13)  Hindari pelaksanaan suction yang terlalu sering.
14)  Observasi dan kaji respon bayi terhadap terapi oksigen.

c.       Resiko kerusakan pertukaran gas berhubugan dengan imaturitas paru
1)      Perhatikan adanya ponsitemia.
2)      Kaji warna kulit terhadap kemerahan atau pucat. Perhatikan hipotermi distress pernafasan, hipertensi atau hipotensi, takikardi, penurunan nadi, oliguri, perubahan temuan neurologis.
3)      Pantau suhu, masukan dan keluaran, BJ urin, perhatikan turgor kulit, kondisi membran mukosa, fontanel.

Kolaborasi

4)      Pantau bilirubin, kirimkan darah untuk penggolongan, pencocokan silang Rh.
5)      Buat akses intravaskuler.
6)      Siapkan transfusi tukar bila perlu.
d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan absorpsi.
1)      Pertahankan pemberian cairan perenteral sesuai kebutuhan.
2)      Monitor adanya tanda-tanda intoleransi dari terapi parenteral.
3)      Kaji kesiapan makan melalui puting susu, terutama kemampuan koordinasi menelan dan bernafas.
4)      Beri makan bayi melalui ASI, jika refleks menghisap dan menelan kuat.
5)      Ikuti petunjuk untuk penambahan volume dan konsentrasi makanan.
6)      Gunakan makanan melalui orofering jika bayi lelah dalam menghisap.

e.       Resiko tiunggi terhadap cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan.
1)      Kaji semua bayi LGA untuk cedera kelahiran. Perhatikan penonjolan atau ketegangan fontakel, spastisitas otot, kedutan, atau flaksiditas, menangis dengan nada tinggi, lemah, kostan, tremor atau aktivitas kejang, perubahan ukuran atau reaksi pupil atau gerakan dada asimetris
2)      Pantau tanda perdarahan pada lokasi invasive, dalam urin atau feses, drainase nasogastrikdan sekresi pulmunal. Perhatikan petekie atau memar, perubahan pada responsivitas atau tingkat aktivitas tonus otot, nistagmus, postur opistonik, atau kejang.
3)      Ukur lingkar frontal oksipital sesuai indikasi.
4)      Pantau tanda-tanda vital. Perhatikan pengisian kapiler perifer dan warna serta suhu kulit.
5)      Pantau tanda dan gejala infeksi.
KOLABORASI
6)      Pantau pemeriksaan laboratorium
7)      JDL dengan diferensial.
8)      Pemeriksaan koagulasi : PPT/APTT, PT, kadar fibrinogen, FSP, trombosit
9)      Golongan darah, pencocokan silang, dan factor Rh
10)  Kultur bakteri dan viral dan sensitivitas
11)  Berikan sumpemen oksigen, tekanan positih kostan jalan nafas, dan ventilasi mekanisme sesuai indikasi.
12)  Berikan antibiotik sesuai indikasi. Pantau kadar obat secara rutin. Ulangi kultur dan sensitivitas sesuai indikasi.
13)  Berikan anti konvulsan (mis, fenobarbital) sesuai dengan indikasi
14)  Bantu dengan pemeriksaan diasnostik sesuai dengan indikasi
15)  Perhatikan adanya kondisi yang mungkin mempunyai gejala sisa lama, seperti cedera kelahiran yang mengakibatkan kejang atau perubahan respon reflek.
(Doenges, 2000 : 672).












REFERENSI :


1.      Doenges, M. E. 2000. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC.
2.      Klaus dan Fanaroff. 1998. Penatalaksanaan Neonatus Resiko tInggi Edisi 4. Jakarta : EGC.
3.      Sacharin, Rosa M. 1994. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
4.      ______. 1989. Perawatan Bayi Dan Anak Edisi 1. Jakarta : Depkes RI.




No comments:

Post a Comment

Contoh Proposal Kegiatan

PROPOSAL KEGIATAN PENYULUHAN MENCUCI TANGAN YANG BENAR   PROGRAM STUDI PROFESI...